Menu Close

Metode Penelitian STUDI KASUS (Case Study)

Tulisan ini merupakan bagian atau kelanjutan dari Seri Tulisan saya tentang Metodologi Penelitian dengan menggunakan kerangka Onion Research Diagram yang diusulkan Saunders (silahkan baca tulisan-tulisan saya sebelumnya): https://notes.its.ac.id/tonydwisusanto/2020/08/18/onion-research-diagram-kuantitatif-kualitatif-atau-mixed-method-3pilihanmetodologi/
Tulisan ini akan mengupas spesifik tentang Metode Penelitian Studi Kasus (Case Study) yakni salah satu Metode Penelitian yang paling popular dipake banyak peneliti.

Tulisan tentang Metode Penelitian Studi Kasus ini saya tulis juga termotivasi kegelisahan saya tentang begitu banyaknya klaim-klaim tulisan dari Tugas Akhir (Skripsi) S1, Tesis S2, hingga Disertasi S3 yang memakai judul dan meng-klaim menggunakan metode penelitian “Studi Kasus: …..”. Bahkan banyak paper juga menulis dengan judul ” bla bla bla (Studi Kasus: XYZ)” setelah dibaca isinya tidak merepresentasikan prosedur Metode Penelitian Studi Kasus yang benar. Paper-paper dan laporan penelitian tersebut hanya sekedar mengambil 1 obyek penelitian (itupun yang paling mudah mereka dapatkan) kemudian menyebutnya sebagai “Studi Kasus”. Baca pertanyaan-pertanyaan saya seputar “Case Study atau Case Report” di: https://notes.its.ac.id/tonydwisusanto/2020/08/03/jangan-jangan-bukan-case-study-tapi-case-report/

Kedua alasan inilah yang membuat saya belajar, “Sebenarnya Penelitian yang dapat disebut sebagai Penelitian STUDI KASUS yang Benar itu seperti apa sih?” Saya mencoba menjabarkan hasil pemahaman saya di tulisan ini.


“STUDI KASUS” (Case Study) terdiri dari 2 kata, yakni “Case” dan “Study” yang dapat diartikan sebagai “Study about a/some Case/s“. Nah dari unsur katanya ini kemudian pertanyaannya adalah:
– Apa yang disebut “Case” dalam konteks Penelitian Studi Kasus?
– Apa yang dapat dikategorikan “Study” dalam kontek Penelitian Studi Kasus?

Case” atau dalam bahasa Indonesia diartikan “Kasus” didefinisikan sebagai:

”A case is a single instance; a sample of one”, Easton (2010) explains. More exactly a case is a phenomenon which is spatially delimited and that the unit is studied either at one point or over a bounded period of time (Gerring, 2004; Sandelowski, 2011). A case can be of different sizes depending on the object of the case study – for instance it can be a country, a city, a social group, a business, a family or a single individual (Gerring, 2007)

Sebuah “Kasus” (Case) adalah sebuah fenomena dengan batasan konteks tertentu (umumnya dibatasi obyek, tempat, dan/ waktu tertentu). Obyek sebuah Kasus ukurannya dapat bermacam-macam, dapat sebuah negara, kota, sistem sosial, perusahaan, keluarga, ataupun individu tertentu.

Kasus atau Case, dapat berupa:
* Kejadian (event),
* Permasalahan (problem),
* Proses (process),
* Aktivitas (activity),
* Program (program),
* Organisasi,
* Tempat, atau
* manusia atau sekelompok manusia.

Lalu apa pengertian dari Studi Kasus atau Case Study?


A case study is like an in-depth and extended example that is used to illustrate a particular argument (Wholey et al, 1994)

A case study is defined as a method for developing a complete understanding of a process, program, event, or activity (Wholey et al, 1994)

A case study is a strategy for doing research which involves an empirical investigation of a particular contemporary phenomenon within its real life context using multiple sources of evidence (Robson, 1993)

Studi tentang sebuah Kasus atau Case Study adalah sebuah Metode Penelitian untuk memperoleh Pengetahuan selengkap mungkin (mendalam, detail = (in-depth understanding, bukan hanya sekedar bertanya saja) tentang sebuah proses, program, kejadian, atau aktivitas.

Studi Kasus (Case Study) adalah sebuah penelitian tentang sebuah fenomena langsung di dalam konteks nya Tanpa kita sebagai peneliti melakukan intervensi apapun.
Jadi metode Case Study adalah Lawan/Konversi dari metode Eksprimen karena dalam metode Eksperimen kita meneliti sebuah fenomena dengan menciptakan “tiruan konteksnya” di dalam Lab atau lingkungan yang mirip dengan lingkungan sebenarnya (Bukan di dalam lingkungan sebenarnya) dan kita menguji-coba atau memasukkan intervensi di dalamnya. Jadi di dalam Penelitian Case Study, Peneliti tidak ingin menjadi bagian dari konteks obyek penelitian, Peneliti memastikan Obyek Penelitian tetap dalam konteks lingkungannya. Jadi dalam Penelitian Case Study, Peneliti mendatangi Obyek Penelitian (bukan membawa obyek penelitian ke lingkungan Peneliti). Karena dalam Konteks yang sebenarnya maka Peneliti harus menginvestigasi, menganalisis, dan mempertimbangkan berbagai faktor,komponen, mekanisme yang kemungkinan saling mempengaruhi.

Case Study bertujuan menyajikan bukti empiris dalam bentuk kasus tertentu secara mendalam yang umumnya digunakan untuk menguji sebuah teori. Jadi memang Case Study musti di-guide oleh sebuah kajian teori di awal dan di tahapan analisis datanya.

Karena Case Study atau Studi Kasus bertujuan melakukan kajian secara mendalam maka data yang dikumpulkan dapat berupa data Kuantitatif maupun data Kualitatif dari berbagai macam sumber informasi (multiple sources of evidence) seperti:
– hasil wawancara
– hasil observasi
– dokumen
– bukti fisik
dll
dengan dapat dikombinasi Metode-Metode Penelitian lainnya seperti:
– Survey,
– Wawancara,
– Eksperimen, dll.

Contoh bagaimana sebuah Case Study mencoba memperoleh pemahaman yang mendalam yakni, misal Penelitian “Proses Adopsi Video Online: Studi Kasus Youtube di kalangan Generasi X”. Untuk memperoleh gambaran lengkap bagaimana Generasi X (kelahiran 1960-an) bersedia hingga kecanduan menggunakan Youtube maka si Peneliti melakukan pengumpulan data dalam bentuk:
Observasi langsung Peneliti ke perilaku Pengguna (data frekuensi akses Youtube berupa data kuantitatif, namun data perilaku atau emosi bersifat kualitatif)
– Meminta partisipan membuat notulen/catatan apa yang dia lakukan dan perasaan dia terkait aplikasi Youtube
– Mengadakan Focus Group Discussion (FGD) melibatkan semua partisipan penelitian
– Melakukan wawancara satu per-satu ke masing-masing partisipan
– Meminta partisipan mengisi Questionnaire Survey dengan Skala Likert.
Kelima jenis data tersebut selanjutnya dianalisis secara keseluruhan oleh Peneliti.

Umumnya Studi Kasus lebih fokus pada data-data Kualitatif guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, detail dan lengkap tentang gambaran permasalahan yang ingin diungkap agar dapat diadopsi di lingkungan yang lebih luas. Itulah mengapa Metode Case Study atau Studi Kasus, umumnya masuk dalam kategori kelompok Metode KUALITATIF.

Studi Kasus adalah kajian terhadap sebuah kasus tanpa si Peneliti melakukan Intervensi di dalam Subyek Penelitian karena umumnya dilakukan di Subyek-Subyek penelitian tersebut Peneliti tidak memiliki kontrol terhadapnya.

Sebuah Studi Kasus (Case Study) dapat FOKUS pada:
1. Proses (Process): How was it done? Apa yang terjadi di sini? Siapa melakukan Apa ke Siapa? Bagaimana caranya dia melakukannya? Contoh: dalam penelitian Pemilu yakni mencari tahu bagaimana metode Kampanye yang paling efektif? Siapa target kampanye paling penting?
2. Luaran (Outcome): Does it work? Bagaimana hasilnya/efeknya? contoh: Bagaimana hasil Pemilu?


SUBYEK vs. OBYEK Studi Kasus?

Observe & Imitate Successful People – OHHH, MY GOD!

Salah satu hal yang membuat Metode Studi Kasus terkesan membingungkan dan tidak meyakinkan sebagai sebuah tulisan ilmiah karena masih banyaknya Peneliti-Peneliti Studi Kasus yang hanya fokus pada Subyek Penelitian, serta tidak mampu membedakan antara Subyek Penelitian vs. Obyek Penelitian dalam Studi Kasus.

Wallace (1969) dalam Thomas & Myer (2015) menganalogikan Subyek dan Obyek penelitian sebagai Independent variable dan Dependent variable atau Subyek Studi Kasus sebagai “unit yang Menerangkan” dan Obyek dari Studi Kasus sebagai “Unit yang Diterangkan”:

SUBYEK —> OBYEK

Sebagai Contoh:
Perang Dunia ke-2 (Subyek) sebagai Studi Kasus dari kejadian Perang (Obyek)
misal judul penelitiannya:
Faktor-Faktor Penyebab Perang: Studi Kasus Perang Dunia ke-2

Jadi Thomas & Myer (2015) mendefinisikan:
SUBYEK studi kasus: unit/fenomena spesifik yang diamati (atau Case -nya itu sendiri),
OBYEK studi kasus: kerangka teori atau analisis yang akan didetailkan/diberi contoh/diuji melalui SUBYEK.

Contoh:
Penelitian Studi Kasus misal Research Question penelitian adalah “Bagaimana Proses Adopsi Teknologi Video Conference di Negara Berkembang?” maka
Subyeknya Penelitian Sudi Kasus ini dapat berupa misal: Aplikasi Zoom dan aplikasi Webex di Indonesia
Obyeknya
: Proses Adopsi Teknologi (dapat mengacu ke Teori Diffusion of Innovation dari Davis 2003), Teknologi Video Conference, dan karakteristik khas Negara Berkembang.

Sehingga judul penelitiannya dapat berupa:
Proses Adopsi Teknologi Video Conference di Negara Berkembang: Studi Kasus Aplikasi Zoom dan Webex di Indonesia
Dalam penelitian dengan judul ini maka sebagai OBYEK atau Kerangka Teori yang akan dikaji adalah Bagaimana proses sebuah Teknologi Video Conference dapat diterima di sebuah negara Berkembang, dengan berdasarkan penggalian studi kasus 2 aplikasi video conference paling populer yakni Aplikasi Zoom dan Aplikasi Webex untuk pengguna di Indonesia.

Contoh lain misal di Penelitian Bidang Kedokteran:
Research Question yang akan dijawab adalah “Bagaimana Pengaruh ASI pada bayi yang terinfeksi Covid-19?”. Nah untuk menjawab pertanyaan ini, Peneliti dapat memilih Kasus spesifik hanya bayi-bayi yang terinfeksi Covid-19 yang ada di RS Soetomo Surabaya karena dengan alasan RS Soetomo merupakan RS terbesar di Jawa Timur dengan Kasus Pendemi Covid-19 level Provinsi terbesar ke-2 sesudah Jakarta. Sehingga judul Penelitiannya dapat berupa:
– “Pengaruh ASI pada Bayi yang Terinfeksi Covid-19: Studi Kasus RS Soetomo Surabaya” (bila penekanannya pada kasus hanya di RS Soetomo sebagai Rumah Sakit rujukan di Jawa Timur) atau
– “Pengaruh ASI pada Kesehatan Bayi: Studi Kasus Bayi Terinfeksi Covid-19″ (bila partisipan penelitian ini Bukan hanya dari RS Soetomo tetapi dari berbagai Rumah Sakit dan penekanannya pada Subyek Bayi yang Terinfeksi Covid-19 terhadap teori Pengaruh ASI pada Kesehatan Bayi secara umum yang selama ini sudah diyakini (Obyek Penelitian).


Berikut ini contoh-contoh pemilihan Studi Kasus berdasarkan Research Question yang ingin dijawab.

Research questionCase study
Bagaimana pengaruh ekologi saat ikan Arwana dimasukkan ke dalam suatu ekosistem air? Studi kasus Pembiakan Ikan Arwana di Danau Sentarum
Bagaimana politikus populer memanfaatkan narasi sejarah untuk mendapatkan dukungan suara?Studi kasus Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán dan Presiden Amerika Donald Trump
Bagaimana guru-guru dapat mengimplementasikan strategi Pembelajaran aktif di berbagai tingkatan kelas? Studi Kasus SMPN 1 Surabaya
Apakah keuntungan utama dan kerugian dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin bagi masyarakat Pelosok?Studi Kasus 3 Pembangkit Listrik Tenaga Angin di daerah-daerah pelosok yang berbeda
Bagaimana strategi Marketing Viral mengubah hubungan antara Perusahaan dengan Konsumen? Studi Kasus Kampanye Marketing iPhone X
Bagaimana pengalaman bekerja di era disrupsi ini berbeda antar jenis kelamis, suku, dan usia? Studi Kasus Pengemudi Goject di Indonesia

Berdasarkan TUJUANnya, sebuah Penelitian Studi Kasus dapat dikategorikan sebagai:

  1. EXPLORATORY case study
    Studi kasus yang dipergunakan untuk menggambarkan sebuah fenomena tertentu yang umumnya untuk menjawab pertanyaan “Apa” (What) atau “Siapakah” (Who). Umumnya tujuan penelitian Studi Kasus ini karena belum diketahui faktor-faktor yang akan di kaji, belum adanya questionnaire untuk mengumpulkan data serupa sebelumnya, untuk melakukan Eksperimen belum diketahui perilaku-perilaku partisipan atau efek-efek yang mungkin terjadi sehingga belum diketahui referensi skenario eksperimen, dll. Jadi Exploratory case study umumnya penelitian awal untuk penelitian yang lebih besar.
  2. DESCRIPTIVE case study
    – Menggambarkan sebuah event di dalam konteknya, apa yang kita lihat dalam Case tersebut. Contoh: Studi tentang bagaimana mahasiswa-mahasiswa dengan nilai TOEFL yang berbeda-beda berperilaku saat mengambil Kelas Internasional.
  3. EXPLANATORY case study
    Study kasus yang dipergunakan untuk menggali dan mengidentifikasi sebuah hubungan Sebab-Akibat (apa yang menjadi Sebab, & apa yang menjadi Akibat). Umumnya untuk menjawab pertanyaan “Mengapa” (Why) sesuatu terjadi (seperti motivasi atau faktor penyebab) dan “Bagaimana” (How) dapat terjadi (mekanisme). Contoh: Penelitian terkait Pengaruh Pendemi Covid-19 terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya, Penelitian tentang Mengapa ABG cenderung susah diperintah orang tua, Bagaimana teknologi Video Conference dapat diterima berbagai kalangan saat Pandemi.
    Contoh lain Studi Kasus Explanatory yang akhirnya bermanfaat untuk sistem secara umum adalah Studi Kasus-Studi Kasus Faktor Penyebab suatu kecelakaan (misal investigasi kecelakaan pesawat, mobil, dll). Metode selain Case Study yang sebenarnya lebih Powerful untuk Explanatory Research adalah Metode Eksperimen.

Berdasarkan CAKUPAN KASUS (Case) yang diamati, Studi Kasus dapat:
1. Individual Case Study: yakni studi kasus tentang 1 orang/barang tertentu.
2. Set of Individual Case Studies: yakni studi kasus dengan beberapa kasus (case), contoh: mengamati dan membandingkan layanan Puskesmas di 3 Kecamatan yang berbeda.
3. Community Studies: yakni studi kasus yang mengamati 1/lebih Komunitas, misal meneliti Pengaruh kebijakan Pendidikan Daring terhadap 1 Desa terpencil di Bali.
4. Social Group Studies: yakni studi tentang kelompok-kelompok manusia, misal studi tentang kelompok Perokok.
5. Studi tentang Organisasi/Institusi: contoh studi kasus terkait Perusahaan Microsoft.
6. Studi tentang Kejadian, Peran, dan Hubungannya: contoh studi kasus tentang peran Istri dalam keluarga, studi kasus Perang Irak.


Bagaimana PEMILIHAN KASUS (Case)?

Terdapat 7 opsi Alasan sebuah Kasus (case) dapat dipilih dalam penelitian (Seawright & Gerring, 2014):

1. Kasus Khas (Typical cases): 1/lebih dari 1 kasus yang dipilih merepresentasikan populasi kasus-kasus lainnya yang jauh lebih besar sehingga tujuan penelitian dengan Studi Kasus di sini untuk mendalami kasus (bukan membandingkan antar kasus).

2. Kasus Variatif (Diverse cases): kasus-kasus yang memiliki karakteristik nilai variabel yang berbeda-beda sehingga dengan memilihnya akan dapat mewakili populasi secara utuh.

3. Kasus Ekstrem (Extreme cases): kasus yang memiliki nilai variabel ekstrem berbeda dibanding kasus-kasus lainnya.

4. Kasus Anomali (Deviant cases): kasus selain memiliki nilai variabel ekstrem berbeda dibanding kasus-kasus lainnya, juga melanggar teori/pengetahuan/logika umum yang diyakini selama ini, khususnya terkait hubungan antar variabel.

5. Kasus Berpengaruh (Influential cases): kasus yang menjadi referensi/acuan bagi teori/model. Contoh: NAZI Jerman sebagai referensi teori-teori Fasisme dan gerakan ekstrem kanan.

6. Kasus paling mirip (the most similar cases): kasus-kasus yang dipilih hampir semua variabel independennya mirip, kecuali variabel yang memang ingin diamati Peneliti.

7. Kasus paling berbeda (the most different cases): kasus-kasus yang dipilih hampir semua variabel independennya berbeda, kecuali variabel yang memang ingin diamati Peneliti.

Dari ketujuh opsi strategi pemilihan Kasus (Case) atau Subyek Penelitian Studi Kasus ini, jelas bahwa Pemilihan Kasus TIDAK BOLEH HANYA BERDASARKAN KENYAMANAN/KEMUDAHAN Peneliti saja (Convenient Sampling)! Namun harus memilih 1/lebih alasan atau justifikasi dari 7 strategi di atas. Pemilihan Subyek Studi Kasus (termasuk Narasumbernya) harus berdasarkan Purposive Sampling yakni sebuah/lebih case dipilih karena memang sejak awal (sebelum pemilihan kasus) sudah didefinisikan dahulu karakteristiknya dahulu.


GENERALISASI Hasil Penelitian STUDI KASUS?

Hal yang juga merupakan perdebatan panjang di kalangan Akademisi terkait Studi Kasus adalah “Bagaimana mengeneralisasi hasil penelitian sebuah Studi Kasus?“. Kan kasus yang digali cuman satu atau beberapa saja, masak berlaku juga di semua populasi unit tersebut? (misal studi kasus hanya di 1 UMKM, apakah hasilnya berlaku untuk semua UMKM di Indonesia?)

Menjawab pertanyaan ini memang kita harus kembali kepada Filosofi Penelitian dan perbedaan mindset Metodologi Kualitatif vs. Kuantitatif. Dalam Metode Penelitian Studi Kasus (Case Study), Subyek Penelitian dipilih Bukan sebuah Sampel, BUKAN UNTUK MEWAKILI POPULASI! Subyek penelitian (Case) dipilih karena Subyek/Case tersebut:
– Menarik
– Tidak Biasa
atau 5 alasan lain yang sudah saya jelaskan di atas (di bagian “Bagaimana Pemilihan Kasus?”

Jika ada Peneliti lain yang menuntut sebuah hasil Penelitian Kualitatif (termasuk Studi Kasus) harus dapat digeneralisasi di level Populasi maka Peneliti tersebut masih berfikir dalam mindset Metodologi Kuantitatif yang memiliki keyakinan filosofis Realism dan Positivism yakni bahwa kebenaran itu hanya 1 versi dengan Peneliti berusaha independen tidak mempengaruhi/terpengaruh oleh obyek penelitian. Sementara dalam metode Kualitatif, filosofi kebenaran adalah Relativism dan Interpretivism, bahwa kebenaran itu ada lebih dari 1 versi dan hanya dapat diungkap dan digali apabila Peneliti “masuk” dan berinteraksi ke dalam obyek penelitian.

Studi Kasus memiliki ciri khusus yakni mengumpulkan data dari berbagai sumber data dengan berbagai metode pengumpulan data, dapat kombinasi antara Metodologi Kuantitatif (seperti survey, eksperimen) maupun Kualitatif (seperti Etnografi, Action Research).

Studi Kasus sebagai Metode Penelitian Kualitatif tidak menggunakan istilah Populasi tetapi menggunakan istilah “Social Situation” atau Situasi Sosial (Spradley, ..), yang terdiri atas:
– Pelaku (actors) dapat manusia, hewan, atau sesuatu
– Tempat (place)
– Aktivitas (activity)
yang saling berinteraksi membentuk konteks tertentu.

Penelitian Kualitatif (termasuk Studi Kasus) Tidak Bertujuan melakukan Generalisasi ke Populasi, namun bertujuan untuk hasilnya dapat ditransfer (diterapkan) ke Obyek lain dengan Situasi Sosial yang sama. Sampel dalam Penelitian Kualitatif tidak disebut Responden tetapi disebut Nara sumber, Partisipan, atau Informan. Sampel penelitian Kualitatif tidak disebut Sampel Statistik tetapi disebut Sampel Teoritis.


TAHAPAN-TAHAPAN Penelitian Studi Kasus (Case Study)

  1. Memastikan Metode Studi Kasus ini benar-benar sesuai untuk menjawab Research Questions dan mencapai Tujuan Penelitian.
    Metode Case Study umumnya dipilih untuk mengekplorasi berbagai faktor hingga mengumpulkan berbagai insight (penjelasan terdalam) atau menjawab pertanyaan “What” (Exploratory Research), mencari penjelasan tentang hubungan antar faktor atau menjawab pertanyaan “Why” (Explanatory Research), dan juga cocok untuk mendeskripsikan sesuatu (Descriptive Research).
  2. Memilih Kasus (Case):

    Menentukan Jumlah Kasus, dapat berupa
    Single Case Study, contoh: 1 Perusahaan UMKM di antara populasi UMKM di Indonesia. Umumnya Single Case Study dipilih bila kajiannya akan mencakup berbagai aspek secara menyeluruh sekaligus mendalam.
    Multiple Case Study, contoh: beberapa Perusahaan UMKM (misal 5 – 10) di antara populasi UMKM di Indonesia. Umumnya Multiple Case Study dipilih apabila kajiannya hanya akan di aspek tertentu saja dan Peneliti berkepentingan membandingkan aspek tersebut di lebih dari 1 Subyek Penelitian.

    Memilih Subyek Kasus, yakni spesifik organisasi/event/orang/entitatas mana yang akan diamati. Di atas telah dijelaskan 7 opsi pertimbangan memilih Kasus/Case.

    Sebuah Case dipilih tidak boleh karena faktor kemudahan (convenient) namun yang mampu:
    – memberikan informasi-informasi menarik atau perpespektif baru
    – kemungkinan membantah asumsi atau teori umum yang diyakini
    – berpotensi menghasilkan rekomendasi tindakan praktis untuk menyelesaikan masalah
    – membuka peluang baru bagi penelitian ke depan

    Case yang dipilih dapat mewakili Populasi (Typical Cases atau Diverse Cases),
    Case yang dipilih dapat merupakan kasus yang popular sehingga kerap menjadi rujukan (Influential Cases)
    Case yang dipilih dapat yang berbeda atau diabaikan (Extreme Cases atau Deviant Cases)
    Case yang dipilih dapat merepresentasikan case yang sesuai dan case yang berlawanan, misal jika kita meneliti faktor-faktor penyebab kesuksesan sebuah perusahaan, apakah Case yang dipilih cukup perusahaan yang Sukses saja, ataukah kita juga perlu menggali dari case perusahaan yang Gagal?
  3. Menentukan KEDALAMAN Kajian (Depth):
    Terdapat 2 pilihan:
    Holistic Case Study: mengkaji secara mendalam & menyeluruh kasus. Contoh: misal Studi Kasus mengkaji faktor-faktor kesuksesan Marketing Perusahaan maka jika memakai Holistic Case Study maka penelitian akan mengkaji semua fungsi-fungsi perusahaan (Marketing, SDM, Produksi, dll), proses/aktivitas dan menganalis hubungannya. Umumnya Holictic Case Study akan memilih Single Case Study.
    Embedded Case Study: mengkaji hanya aspek-aspek tertentu dari kasus. Contoh: Penelitian hanya mengkaji fungsi Marketing saja. Embedded Case Study umumnya memilih Multiple Case Study karena dapat membandingkan antar Kasus/Perusahaan.
  4. Membangun KERANGKA TEORI (Build a Theoritical Framework)
    Sebuah Penelitian Studi Kasus umumnya dibutuhkan untuk:
    Mendetailkan dan mencari contoh pendukung atau implementasi sebuah Teori,
    Pengembangan sebuah Teori dengan menemukan atau merekomendasikan aspek-aspek lain yang terkait dengan teori tersebut,
    Menguji sebuah Teori dengan mengeksplore kasus yang berbeda dengan asumsi-asumsi teori tersebut.
    Dengan demikian di tahapan ini, Peneliti Studi Kasus harus mengidentifikasi dan memahami Konsep-Konsep Kunci dan Teori-Teori yang akan menjadi referensi dalam penelitiannya melalui Studi Pustaka serta membangun sebuah Kerangka Teori.
  5. Mengumpulkan Data
    Selanjutnya untuk menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian, Peneliti mulai mengumpulkan Data. Data dapat berupa data Kuantitatif maupun Data Kualitatif guna memperoleh informasi mendalam dan menyeluruh.
    Contoh: untuk Pengaruh Pandemi Covid-19 bagi Kota di Indonesia (Studi Kasus Kota Surabaya) maka Data Kuantitatif dapat berupa jumlah pendapatan Pemkot Surabaya, rata-rata penghasilan per-kapita. Sementara Data Kualitatif dapat berupa persepsi dan pengalaman masyarakat Surabaya akibat pengaruh Pandemi dan liputan-liputan media. Metode pengumpulan datanya pun dapat saling melengkapi dari wawancara, observasi, survey, FGD, dll.
  6. Mendeskripsikan dan Menganalisis Kasus
    Menyajikan secara tertulis analisis Kasus dari berbagai aspek yang dikaji secara komprehensif. Penyajian tulisan/laporan dapat dengan format seperti paper akademik (yakni: Metodologi, Hasil, & Diskusi) atau dalam bentuk Cerita (Naratif) dari berbagai sudut pandang dan menganalisis arti/makna dan implikasinya.

    Lebih jauh bagaimana Menulis Laporan Studi Kasus khususnya di bidang Sistem Informasi dapat dibaca Block 2003 di link berikut:
    https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiqza–psjrAhXGH7cAHXAjArwQFjAAegQIAhAB&url=https%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublication%2F233024336_Writing_case_studies_in_information_systems_research&usg=AOvVaw1bq63OrRYlDx4V5wX-b7ko

Beberapa contoh paper akademik tentang Case Study di bidang Engineering dan Computing:
1. Issues in wearable computing for medical monitoring applications: a case study of a wearable ECG monitoring device
https://ieeexplore.ieee.org/abstract/document/888463

2. Understanding the impact of multi-core architecture in cluster computing: A case study with intel dual-core system
https://ieeexplore.ieee.org/abstract/document/4215413

3. Enterprise information systems project implementation: A case study of ERP in Rolls-Royce
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0925527303002974

4. Information systems evaluation in practice: a case study of organizational change
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/026839620001500202

5. Transforming Work Through Information Technology: A Comparative Case Study of Geographic Information Systems in County Government
https://pubsonline.informs.org/doi/abs/10.1287/isre.7.1.93

6. A case study for implementing a B2B collaborative information system: a textile case
https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/17410380910936783/full/html?skipTracking=true

Kalo kalian mau mengambil referensi dari tulisan ini tolong jangan lupa tulisin sitasinya ya:

Susanto, Tony Dwi (2020, August 30). Metode Penelitian STUDI KASUS (Case Study). Notes Tony Dwi Susanto. https://notes.its.ac.id/tonydwisusanto/2020/08/30/metode-penelitian-studi-kasus-case-study/



Post Disclaimer

Dilarang meng-copy-paste seluruh tulisan. Dipersilahkan apabila mengambil sebagian dari tulisan ini dan demi Etika Akademik mohon mencantumkan Judul Tulisan di Blog ini, Penulis Blog ini, Tahun Tulisan, Tanggal mensitasi, dan alamat tautan di SITASI dan/atau DAFTAR PUSTAKA tulisan anda. Terima Kasih semoga menjadi Ilmu yang Bermanfaat, aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *