Menu Close

“Onion Research Diagram”: Deductive, Inductive, atau Abductive? #2ResearchAPPROACH

Pernah denger 2 Penguji Tesis berdebat dengan 2 dasar pendapat seperti ini:
Penguji 1: “Mas, Tesis kamu itu jelas salah, karena menurut pengalaman saya dan apa yang saya amati dan alami selama puluhan tahun saya bekerja sebagai praktisi yang benar adalah A!”
Penguji 2: “Saya tidak setuju dengan pendapat Penguji 1 karena yang beliau sampaikan itu hanya sebatas pengalaman empiris Bapak. Menurut teori-teori yang masih berlaku di disiplin kita dan peraturan yang berlaku, yang benar adalah B!”
Nah sebenarnya Penguji 1 itu tipe orang yang suka menggunakan Pendekatan INDUKTIF (dari SPESIFIK pengamatan/pengalaman ke pengambilan kesimpulan yang bersifat UMUM untuk konteks tertentu) dan Penguji 2 itu tipe DEDUKTIF (dari suatu keyakinan TEORI yang bersifat UMUM ke pengujian/penerapan yang bersifat SPESIFIK).
DEDUKTIF vs. INDUKTIF inilah yang disebut RESEARCH APPROACH.

Melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang “Onion Research Diagram” atau Diagram Penelitian Bawang (Saunders et al., 2007, 2009, 2012, 2016, 2018), tulisan ini masuk ke bahasan lapisan kulit ke-2 yakni opsi-opsi Pendekatan Penelitian (Research Approach) dalam pengembangan Teori. Tulisan sebelumnya saya sudah mengupas kulit pertama yakni Filosofi Penelitian dapat dibaca di tautan: https://notes.its.ac.id/tonydwisusanto/2020/08/14/onion-research-diagram-mengupas-aspek-aspek-penelitian-yang-harus-dipahami-1kulit-filosofi/

Dalam tulisan #2 ini kita akan belajar lapisan PENDEKATAN PENELITIAN (“Research Approach“) yang di dalamnya kita akan memahami & mengingat 3 Pendekatan Penelitian, yakni:
1. Deduktif (Deductive)
2. Induktif (Inductive)
3. Abduktif (Abductive)

Istilah “PENDEKATAN” Penelitian atau Research “APPROACH” dalam konteks Onion Research Diagram dari Saunders ini diartikan sebagai Bagaimana Peneliti akan “Mendekati” Tujuan Penelitian atau Menjawab Research Question: apakah memakai pendekatan Top-Down yakni dari “Umum ke Spesifif” ataukah memakai pendekatan Bottom-Up yakni dari “Spesifik ke Umum”.

Jika kita petakan jenis-jenis PENDEKATAN PENELITIAN ke dalam jenis-jenis FILOSOFI PENELITIAN adalah sebagai ditampilkan di Tabel berikut:

FILOSOFI:Ontologi REALISM/ OBJECTIVISM
Epistemologi POSITIVISM
Epistemologi
POST-POSITIVISM
Epsitemologi
PRAGMATISM
Ontologi RELATIVISM/ CONSTRUCTIVISM
Epistemologi INTERPRETIVISM
PENDEKATAN:DEDUKTIFGabungan
DEDUKTIF + INDUKTIF
ABDUKTIFINDUKTIF

Dari tulisan saya pertama tersebut, kita mengetahui bahwa pada dasarnya setiap Peneliti memiliki asumsi dan keyakinan-keyakinan tentang APA itu kebenaran/kenyataan (ONTOLOGI) dan BAGAIMANA manusia dapat mengungkap kebenaran/kenyataan tersebut (EPISTEMOLOGI). Ontologi + Epistemologi inilah yang disebut sebagai FILOSOFI/PARADIGMA Penelitian. Terdapat 2 Kubu Filosofi Penelitian, yakni:
1. Ontologi Realism/Objectivism dengan Epistemologi Positivism vs.
2. Ontologi Relativism/Constructivism dengan Epistemologi Intepretivism -nya
(diantara kedua kubu itu terdapat Epistemologi lain, diantaranya: Post-Positivism & Pragmatism)

Nah kedua kubu tersebut masing-masing memiliki 2 pendekatan penelitian (Research Approach) yang berbeda dalam logika penalaran mengungkap pengetahuan, yakni:
1. Realism/Objectivism dengan Positivism menggunakan: DEDUCTIVE Approach
2. Relativism/Constructivism dengan Intepretivism menggunakan: INDUCTIVE Approach

The Difference Between Deductive and Inductive Reasoning | Daniel ...
2 Distinction between deductive and inductive approach Adapted ...
Deductive vs. Inductive Research Approach
(https://tourismteacher.com/research-onion-beginners/)

  1. DEDUCTIVE Approach
The Scientific Method

Deductive approach atau Pendekatan DEDUKTIF pada dasarnya adalah mengungkap kebenaran melalui “Pengujian TEORI” yang sudah diakui kebenarannya ke Obyek Spesifik. Deductive Approach dilakukan untuk menguji apakah Teori tersebut berlaku untuk Obyek spesifik tersebut (100%), berlaku sebagian, atau tidak berlaku sama sekali.

Contoh Logika Deduktif:
Premis 1: Semua mahasiswa di kelas khusus ini adalah mahasiswa yang pandai
Premis 2: Anton mahasiswa di kelas khusus ini
Conclusion: Anton adalah mahasiswa pandai
Dalam Logika Deduktif, Kesimpulan akan BENAR hanya manakala kedua Premisnya Benar, yakni bahwa semua mahasiswa yang berada di kelas khusus ini sudah pasti mahasiswa yang pandai, dan Anton memang benar-benar mahasiswa di kelas khusus ini. Jika ternyata sesudah dicheck secara empiris ternyata Anton nilainya selalu buruk atau Bukan mahasiswa pandai, alias secara data empiris Kesimpulannya terbukti Salah, maka kemungkinannya adalah salah satu/lebih dari satu Premisnya pasti ada yang salah. Pendekatan DEDUKTIF pada intinya adalah mencari KEPASTIAN.

Contoh lain Logika Deduktif adalah:
A = B
B = C
maka A = C

*Cara memahami Research Approach lainnya adalah dengan membagi pernyataan-pernyataan sebagai “Penyebab” (Cause) — > “Akibat” (Effect“) — Aturan (Rule)

How do abduction and induction relate? - Philosophy Stack Exchange

Pendekatan DEDUKTIF pada dasarnya diawali dengan pilihan TEORI yang akan diuji (Rule) sebagai Premis 1, dilanjutkan Obyek spesifik sebagai Cause atau Premis 2 dan kesimpulan yang dicari adalah Effect nya.

Contoh:
“Semua Laba-Laba berkaki 8” (Premis 1, Rule)
“Tarantula adalah Laba-Laba” (Premis 2, Cause)
maka “Tarantula berkaki 8” (Kesimpulan, Effect)

Contoh lain:
“Semua Hujan diawali mendung” (Rule)
“Sekarang Mendung” (Cause)
maka “Pasti akan Hujan” (Effect)

Kesimpulan DEDUKTIF pasti BENAR jika Premis-Premisnya Terbukti BENAR
Kesimpulan DEDUKTIF (Effect) jaminan pasti Benar selama Rule dan Cause nya Benar.

Contoh Pendekatan Deduktif dalam penelitian adalah:
premis 1: Menurut teori Technology Acceptance Model (TAM), sebuah Teknologi akan diterima target penggunanya apabila teknologi tersebut dipersepsikan oleh target pengguna sebagai teknologi yang Mudah Digunakan (perceived Easy of Use) dan Memiliki Manfaat (perceived Usefulness)
presmis 2: Aplikasi “Integra” adalah Teknologi Sistem Informasi Akademik yang digunakan di Perguruan Tinggi saya.
conclusion (Hipotesa): Aplikasi “Integra” akan diterima oleh semua dosen dan mahasiswa di Perguruan Tinggi saya apabila dipersepsikan Mudah digunakan dan Memiliki Manfaat.

Untuk membuktikan apakah premis TEORI TAM ini berlaku untuk aplikasi spesifik “Integra” di Perguruan Tinggi saya (ITS) dinyatakan dalam bentuk HIPOTESA-HIPOTESA hubungan antar variabel, maka selanjutnya saya melakukan survey mengumpulkan data (OBSERVASI) ke dosen dan mahasiswa ITS menanyakan frekuensi berapa kali mereka menggunakan aplikasi Integra (mengukur tingkat Penerimaan), menanyakan persepsi mereka tentang Kemudahan pemakaian Integra (perceived Easy of Use) dan persepsi mereka tentang Manfaat Integra bagi mereka (perceived Usefulness). Kemudian dengan statistik, saya hitung hubungan antara frekuensi Penggunaan dengan tingkat perceived Easy of Use dan hubungan antara frekuensi Penggunaan dengan tingkat perceived Usefulness. Bila 2 hubungan itu significant dan Indeks kesesuaian model (fit index) TAM untuk obyek aplikasi Integra tersebut relatif baik, maka saya sudah membuktikan bahwa “Conclusion” di logika awal saya BENAR atau Teori TAM terbukti untuk obyek spesifik saya. Di sinilah saya melakukan KONFIRMASI.

Jadi secara umum dapat saya katakan bahwa Pendekatan DEDUKTIF itu Berawal dari TEORI dan berakhir pada Pengumpulan DATA untuk menguji Teori tersebut. Oleh karena itu Pendekatan DEDUKTIF umumnya diawali dengan KAJIAN PUSTAKA yang masif untuk mencari TEORI-TEORI apa yang akan menjadi acuan, mencari KNOWLEDGE GAP apa yang masih kurang atau belum teruji dari Teori-Teori yang ada tersebut, dan menggunakan Strategi/Metode Penelitian KUANTITATIF seperti: Survey, Eksperimen, Case Study, dan Archival research.


2. INDUCTIVE Approach

Inductive Reasoning: Everything You Need To Know! | Opportunity Desk

Pendekatan INDUKTIF pada dasarnya Pengembangan sebuah TEORI yang berawal dari Observasi Kasus-Kasus spesifik tertentu, yang kemudian diamati polanya hingga dirumuskan menjadi sebuah TEORI.

Contoh Logika INDUKTIF yang sering kita lakukan:

Musim Panen Mangga, Lebih Menguntungkan Dijual Sendiri | NEWS ONLINE

Saat kamu ke pasar ketemu ama pedagang Mangga yang membawa Mangga satu karung penuh. Kamu bertanya, “Pak, mangganya manis atau kecut?”. Untuk memastikan mangga-mangga di karung itu manis atau kecut, kamu mencoba mengambil sebuah mangga secara acak dan mencicipinya….m…..rasanya kecut!…nggak puas kamu ambil satu mangga lagi di sisi lain dari karung dan mencicipinya lagi…..m…rasanya juga kecut!….sampai di sini kamu mengambil Kesimpulan bahwa “Pak mangga sampeyan (1 karung ini) kecut semua kok!” Nah metode pengambilan kesimpulan kamu inilah yang disebut sebagai INDUCTIVE Reasoning atau Logika INDUKTIF atau Pendekatan INDUKTIF 🙂

Contoh Logika Induktif lainnya sebagai berikut:
premis 1: Cewek cantik di Sinetron itu materialistis
premis 2: Cewek cantik tetangguku materialistis
premis 3: Cewek cantik pacar temanku itu juga materialistis
Conclusion (Teori): Semua
cewek cantik materialistis.
Dalam Logika INDUKTIF ini semua Premis adalah hasil Observasi dan dari ketiga hasil observasi tersebut saya sebagai peneliti menemukan pola (pattern) kesamaan, yang membuat saya membuat HIPOTESA “Semua cewek cantik materialistis“, kemudian saya melakukan Validasi dengan Triangulation (validasi dengan metode penelitian lain, misalnya dengan wawancara atau dengan survey) dan hasilnya ternyata tetap konsisten maka akhirnya saya berani mengkonfirmasi TEORI bahwa “Semua cewek cantik materialistis“.Pertanyaannya adalah: Benarkah kesimpulan generalisasi bahwa semua cewek cantik pasti materialistis? Meski data yang saya kumpulkan akurat (sebagai Premis) namun tetap Tidak Menjamin bahwa KESIMPULAN logika INDUKTIF pasti Benar. Dalam contoh kasus tersebut, bisa jadi kebetulan saja obyek yang saya amati, survey, dan wawancara memang pas cewek-cewek cantik yang materialistis, saya belum mengamati/survey/wawancara cewek-cewek cantik di Pesantren atau di keluarga-keluarga yang bersahaja. Jadi KESIMPULAN dalam Pendekatan INDUKTIF hanyalah bersifat Kemungkinan (PROBABILITY) saja, Bukan Kepastian.

File:ThreeDots.svg - Wikimedia Commons

Kesimpulan yang ditarik lewat Pendekatan INDUKTIF kemungkinan (PROBABILITAS) kebenarannya semakin besar apabila data-data yang dikumpulkan semakin banyak karena Teori yang kita simpulkan tergantung dari Pola Data-Data yang kita kumpulkan, semakin banyak datanya mungkin polanya menjadi berbeda. Sebagai contoh adalah Gambar 3 Titik dapat kita simpulkan sebagai Gambar Segitiga tetapi dapat juga sebagai Gambar Lingkaran. Jika kita berhasil memperoleh data titik-titik tambahan maka kebenaran kesimpulan (Teori) kita makin akan kuat yakni Gambar Segitiga atau Lingkaran. Contoh lain saat kita buat Teori “Semua Cewek Cantik Materialistis” sebenarnya BUKAN “Semua Cewek Cantik” karena kita belum mengamati semua cewek cantik di dunia, yang BENAR adalah “Semua Cewek Cantik yang saya amati” sehingga Kesimpulan yang dihasilkan dari Pendekatan INDUKTIF masih Kemungkinan (PROBABILISTIK).

*Cara memahami Research Approach INDUKTIF dengan mendefinisikan
“Penyebab” (Cause) — > “Akibat” (Effect“) — Aturan (Rule) adalah sebagai berikut:

enter image description here

Yang dicari dalam Pendekatan INDUKTIF umumnya adalah pernyataan Aturannya (Rule)-nya, dengan fakta Cause dan Effect-nya sudah diketahui.
Contoh:
Melalui observasi diketahui “Sekarang Mendung” (Cause)
dan melalui observasi diketahui “dilanjutkan Hujan” (Effect)
dan pengamatan ini sama terjadi berulang-ulang sehingga dapat dibuat Teori: “Semua hujan diawali mendung” (Rule)

Jadi secara umum dapat saya katakan bahwa Pendekatan INDUKTIF itu (kebalikan dari pendekatan Deduktif) yakni Berawal dari Pengumpulan DATA dan berakhir perumusan TEORI. Oleh karena itu Pendekatan INDUKTIF umumnya diawali dengan OBSERVASI (Pengumpulan Data) yang masif untuk menemukan POLA (Pattern) yang akan dirumuskan menjadi HIPOTESA dan Divalidasi lagi dengan TRIANGULATION Metode Penelitian lain, dan akhirnya menghasilkan sebuah TEORI. Metode Penelitian yang digunakan di Pendekatan INDUKTIF umumnya menggunakan Metode Penelitian KUALITATIF, seperti: Etnography, Action Research, Grounded Theory, Narative inquiry, dan Case Study (case study meski umumnya digunakan untuk observasi mendalam data Qualitative namun dapat juga untuk mengumpulkan data Quantitative).

Analyst's Pendulum (Reasoning). A Concept That Is Clearly Not ...
Pendekatan Deduktif ini mirip seperti Logika Aristoteles yang bersifat PASTI, sementara Pendekatan INDUKTIF ini mirip Logika Sherlock Holmes yang diawali dari Temuan fakta, dilihat polanya lalu dibuat Kesimpulan (Teori).

Pertanyaan selanjutnya: “Benarkah ada Penelitian yang Benar-Benar INDUKTIF, diawali TANPA TEORI apapun, hanya berawal dari OBSERVASI saja?” coba lihat video ini: https://www.youtube.com/watch?v=_T2BmiHEV0I&t=262s

Dalam fakta di paper-paper penelitian menurut referensi di video tersebut, bahwa sangat jarang ditemukan Paper Laporan Penelitian yang benar-benar diawali tanpa landasan Teori apapun!
Umumnya Penelitian INDUKTIF dapat diawali dengan mengadopsi sejumlah kecil Teori-Teori sebagai referensi awal, selanjutnya dilanjutkan Pengumpulan DATA-DATA Kualitatif secara mendalam untuk memahami Polanya, dan selanjutnya Memodifikasi/Mengembangkan/merumuskan TEORI sendiri berdasarkan pola-pola Data tersebut.


Apakah mungkin mengambil 2 Pendekatan Gabungan, yakni DEDUKTIF & INDUKTIF sekaligus dalam 1 Penelitian?

Jawabnya: MUNGKIN, dan banyak Peneliti melakukan Kombinasi Pendekatan DEDUKTIF dan INDUKTIF dalam satu Penelitian. Umumnya Peneliti mengawali dari Kajian Teori-Teori dan Penelitian sebelumnya, kemudian memilih Teori/Model atau menggabungkan Model atau memodifikasi Teori/Model berdasarkan studi pustaka. Namun saat melihat Teori/Model yang akan mereka uji mereka belum puas dan melakukan OBSERVASI pengumpulan Data KUALITATIF untuk menambah/memodifikasi Teori/Model tersebut dan menghasilkan Model KONSEPTUAL dengan Hipotesis-Hipotesisnya yang selanjutnya diuji secara Statistika/KUANTITATIF menggunakan Data-Data Obyek SPESIFIK Tertentu.


3. Pendekatan ABDUCTIVE

Ada pendekatan ketiga yang Bukan DEDUKTIF dan Bukan INDUKTIF, yakni Pendekatan ABDUKTIF (Abductive). Pendekatan ini diambil manakala si Peneliti memiliki Data-Data Observasi (Kualitatif) yang terbatas, namun sudah memiliki TEORI acuan, sehingga dapat mengambil kesimpulan Penyebabnya. Jadi umumnya Pendekatan ABDUKTIF digunakan untuk menebak PENYEBAB atau menjawab Pertanyaan WHY?

Pada pendekatan ABDUKTIF ini biasanya yang dicari Pernyataan Cause -nya, sementara Rule dan Effect-nya sudah diketahui.

Pendekatan ABDUKTIF ini mirip dengan apa yang sering dilakukan seorang Dokter yang mendiagnosa Penyakit si Pasien (Cause) hanya berdasarkan informasi gejala sakit yang dirasakan pasien (Efect) dengan berdasarkan ilmu kedokteran yang ia yakini (rule). Contoh:
“Pasien ini sakit tenggorokan dan panas, serta tinggal di daerah Pendemi Covid”
“sakit tenggorokan dan panas adalah gejala khas infeksi Covid 19”
maka (kemungkinan besar) “Pasien ini terinfeksi Covid 19”

Jadi Kesimpulan yang diambil dari Pendekatan ABDUKTIF ini juga bersifat Kemungkinan (PROBABILITAS) seperti dalam Pendekatan INDUKTIF karena bisa saja Sakit Tenggorokan dan Panas itu disebabkan Penyakit-Penyakit lainnya.

Pendekatan ABDUKTIF ini sebenarnya pendekatan yang sangat umum dilakukan semua orang yakni “suka menduga-duga hanya berdasarkan fakta yang terbatas dan Teori yang selama ini mereka yakini“. Contoh: 2 orang laki-laki dan perempuan ditangkap ada di kamar kos di malam hari. Keyakinan umum selama ini dua orang berlawanan jenis di satu kamar kos di malam hari biasanya melakukan perbuatan cabul. Lalu terdengarlah suara provokator, “Ayo pukuli, arak mereka, mereka melakukan perbuatan bejat di dalam kamar!” Semua orang percaya dengan kesimpulan yang dikatakan si Provokator tersebut hanya berdasarkan fakta terbatas (2 orang, laki-laki & perempuan, di dalam 1 kamar kos, malam hari) dan Teori (2 orang berlawanan di dalam kamar sampai malam biasanya berbuat bejat). Sesudah mereka memukuli kedua orang itu barulah datang polisi mengamankan dan mengungkap bahwa ternyata mereka berdua adalah adik-kakak (si wanita adalah adik dari anak kos laki-laki yang kemalaman singgah di kota tempat kakaknya belajar).


Sebagai akhir saya akan merangkum 3 jenis Pendekatan Penelitian (Research Approach):

DEDUKTIF (General ke Spesifik, Teori ke Data, Top-Down)
Pendekatan “TOP – DOWN“: dari TEORI ke Hipotesis – Data obyek Spesifik dengan tujuan untuk memperkuat/Menambah/Menyangkal Teori tersebut.

INDUKTIF (Spesifik ke General, Data Observasi ke Teori, Bottom-Up, “Helicopter view“)
Pendekatan “BOTTOM-UP“: berdasarkan data-data Observasi lapangan Spesifik untuk membangun sebuah TEORI yang dapat ditransfer/berlaku untuk semua Obyek (General) dengan Konteks yang mirip.

ABDUKTIF (Penjelasan yang paling bisa diterima akal tentang kemungkinan Penyebab, Berawal dari Fakta-Fakta terbatas terkait Akibat/Hasil/Bukti dan Teori Hubungan Penyebab-Akibat yang paling mungkin/sering terjadi/mudah dimengerti)

Kalo kalian mau mengambil referensi dari tulisan ini tolong jangan lupa tulisin sitasinya ya:

Susanto, Tony Dwi (2020, August 17). “Onion Research Diagram”: Deductive, Inductive, atau Abductive? #2ResearchAPPROACH. Notes Tony Dwi Susanto. https://notes.its.ac.id/tonydwisusanto/2020/08/17/onion-research-diagram-deductive-inductive-atau-abductive-2researchapproach/

Post Disclaimer

The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by “Onion Research Diagram”: Deductive, Inductive, atau Abductive? #2ResearchAPPROACH and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.

3 Comments

  1. Pingback:“Onion Research Diagram”: Kuantitatif, Kualitatif, atau Mixed Method? #3PilihanMetodologiRiset – Tony D. Susanto, Ph.D. (ITIL, COBIT, TOGAF)

  2. Dihin Muriyatmoko

    Menurut saya, penelitian itu diawal penciptaan manusia versi Islam, pasti induktif, nabi Adam setelah dihidupkan akan mengamati realitas pada diri dan sekitarnya baru setelah itu bs berteori, ternyata beliau dijadikan sbg manusia punya tangan kaki dan bagian tubuh lain yang mempunyai fungsi sendiri2.. kisah kedua dari nabi Ibrahim ketika mencari Tuhan, awalnya melihat kenyataan matahari dan menganggap matahati sbg Tuhan, tp ketika malam datang maka tdk dianggap tuhan lagi, krn bagaimana bs tuhan kok hilang, begitupun ketika nabi Ibrahim melihat benda2 lain spt langit, bulan dls, suatu ketika beliau menyimpulkan, pasti tuhan itu yang menciptakan semuanya ..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *