Menu Close

Nikmat Kontribusi: Bagaimana Strategi Ilmu Mengajar di Kelas menjadi Sertifikasi, Buku, Tesis Mahasiswa, & Kontribusi untuk Negara?

“Pak Tony, sekarang kan sudah ada Permen perubahan terkait monev SPBE ya bapak…terkait hal tsb kami berencana mengadakan braindstorming, apakah bapak berkenan menjadi narasumber untuk memberikan pencerahan kepada kami semua?” sebuah pesan WA dari seorang rekan di Dinkominfo masuk ke HP saya malam itu. Saya masih bingung Peraturan Menteri yang mana karena setahu Permenpan Evaluasi SPBE pengganti Permenpan 5/2020 baru akan diterbitkan & diimplementasikan di tahun 2021. “Sudah terbit pak, Permenpan 59 tahun 2020 bapak, ” pesan berikutnya menjelaskan. Ya Alloh, Alhamdulillaahirrobbil alamiin!!! Kalimat Syukur ini rasanya nggak akan cukup mewakili kebahagiaan saya. Luapan perasaan bahagia ini membuncah akhirnya mimpi kontribusi ilmu diri yang bodoh ini Alloh perkenankan menjadi menjadi peraturan dan sistem negara yang minimal akan mempengaruhi 623 Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Institusi di seluruh indonesia! Alloohu Akbar!! La khaula wa la khuwata ila billah, sungguh hanya Alloh yang Maha Pandai & Maha Kuasa.


Keputusan Besar 13 Tahun Lalu

MAN AND VAN EAST LONDON AND THE LIGHTER SIDE OF MOVING

Teringat keputusan besar, 13 tahun silam, saat sebuah penawaran dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) datang via email kepadaku saat saya masih menyelesaikan studi PhD di Australia. “Bapak, bila berkenan melamar dosen sekalian saja melamar untuk CPNS di Departemen Sistem informasi kami” sebuah pesan email yang membuat saya kebingungan antara bahagia dan dilema. Di satu sisi, saat itu saya sedang menjalani PhD di South Australia dengan beasiswa Australian Leadership Award (ALA) dari pemerintah Australia dan saya juga bekerja sebagai Asisten Dosen sekaligus Data Analyst untuk the Flinders University of Australia; istri saya bahkan sudah bekerja di Department of Health South Australia sebagai Pegawai Negeri setingkat Koordinator dengan gaji dan fasilitas mobil dinas yang bagus, plus dia juga bekerja sebagai Peneliti di Flinders University juga; anak-anak kami Mulia & Makna mereka bahagia sekolah gratis di SD dan TK di South Australia. Gaji yang biasa kami peroleh dalam 1 jam tiba-tiba ditawari untuk diganti dengan gaji sama yang hanya dapat diperoleh dalam 10 hari alias gaji bulanan saya akan turun drastis menjadi 1/10 dibanding gaji kami di Australia, belum lagi jika ditambah penghasilan lain dan penghasilan istri 🙂 Tapi, tawaran kembali bekerja ke Indonesia, benar-benar menghidupkan harapan kami untuk dapat dekat dengan orangtua kami di masa senja mereka. Tawaran menjadi PNS di Indonesia menghidupkan keinginan kami untuk memastikan lingkungan agamis untuk anak-anak kami. Tawaran menjadi Dosen PNS di Departemen Sistem Informasi, sebuah disiplin ilmu irisan IT dengan bisnis, di kampus ternama ITS lagi, tentu menghidupkan harapan saya bahwa mungkin ini petunjuk Alloh agar saya dapat berkontribusi untuk negara saya dengan ilmu e-Government yang sedang saya dalami di Australia ini. Juli 2008, saya terima tawaran untuk melamar CPNS dosen di Departemen Sistem Informasi ITS Surabaya. Desember 2008, Alhamdulillaah Alloh melapangkan takdir saya menjadi CPNS Dosen Sistem Informasi ITS Surabaya, sebuah episode besar dalam hidup keluarga kami karena kami “bedhol desa” ke sebuah kota baru tanpa satupun sanak saudara: SURABAYA.


Berawal dari Kewajiban Mengajar Mata Kuliah

Shaping the future of teaching | Academy Today

“Pak Tony, mulai semester ini mengajar Mata Kuliah Manajemen Layanan Teknologi Informasi ya” perintah mengajar Mata Kuliah disampaikan saat Rapat Pembagian Beban Mengajar dosen saat saya sudah aktif di ITS seusai menyelesaikan S3 saya di Februari 2012. Jujur saat itu saya tidak faham apa itu Manajemen Layanan Teknologi Informasi. Jemari tangan ku mulai mencari di Google dan pelan-pelan kutemukan berbagai referensi IT Service Management hingga kerangka kerja terbaiknya yakni ITIL (IT Infrastructure Library). Bukan itu saja, sertifikasi internasional profesi Manajemen Layanan IT (ITIL) juga semakin menguatkan tekad saya untuk mendalami ilmu Manajemen Layanan IT ini, bukan hanya untuk kepentingan mengajar namun jauh dari itu untuk speasialisasi keahlian dan kontribusi diri ini nantinya. Mulai mengajar MLTI di ITS tahun 2013 dan alhamdulillaah tahun 2015 saya memperoleh sertifikasi ITIL dengan mengambil training dan sertifikasi di Malaysia. Tahun 2016, buku pertama saya tentang Manajemen Layanan Teknologi Informasi terbit dan Buku ke-2 Manajemen Layanan Teknologi Informasi berbasis ITIL terbit di tahun 2017. Alhamdulillaah berkat ridho Alloh, saya dapat membuktikan ke diri saya sendiri, bahwa Kewajiban Mengajar suatu Mata Kuliah dapat memotivasi diri untuk Mendalami suatu Keahlian secara profesional hingga lulus ujian dan memperoleh Sertifikasi Internasional dan mendokumentasikan & menerbitkannya menjadi Buku.

Buku pertama Manajemen Layanan TI saya dapat dibeli via WA di 08123037371
Buku kedua Manajemen Layanan TI saya dapat dibeli via WA di 08123037371

Manajemen Layanan TI atau Manajemen IT ternyata nggak bisa dipisahkan dengan ilmu Tata Kelola Teknologi Informasi, Manajemen Strategis IT, dan Arsitektur Enterprise IT. Kesadaran kekurangan & kebutuhan akan ilmu di 3 bidang tersebut, Alhamdulillaah mendorong saya untuk mempelajari dan mendalami ilmu Tata Kelola, Perencanaan Strategis, dan Enterprise Architecture, khususnya Kerangka Kerja COBIT dan TOGAF. Kembali saya meminta mengajar Mata Kuliah Tata Kelola dan Audit di Program S2 Sistem Informasi ITS untuk memaksa saya mendalami ilmu dan kerangka kerja-kerangka kerja tersebut, hingga akhirnya Desember 2016 dan April 2018, Alhamdulillaah, Alloh karuniakan saya keberhasilan lulus dan memperoleh sertifikasi internasional COBIT 5 dan TOGAF advance.


Kepercayaan itu Berdatangan Satu-per-Satu

Handshake Cartoon Contract, greeting, child, animals, hand png | PNGWing

Alhamdulillaah, mungkin karena saya PhD di bidang e-Government dan mungkin karena saya memiliki Sertifikasi Internasional ITIL, COBIT, & TOGAF, akhirnya orang-orang bahkan Pemda dan Kementerian melihat saya sebagai orang yang “kompeten” di bidang ilmu e-Government, Tata Kelola IT, Enterprise Architecture, dan Manajemen Layanan IT. Tapi benarkah saya sudah sekompeten ekspektasi mereka? 🙂 Jujur, Belum! Saya memang sudah memperoleh PhD dengan topik e-Government & Technology Adoption dari perguruan tinggi di Australia dan sempat membantu layanan e-government di Darwin Northern Theritory Government Australia, namun saya lebih mendalami pada aspek-aspek adopsi teknologi dan SMS egovernment. Saya memang sudah memperoleh sertifikasi ITIL, COBIT, & TOGAF, namun sungguh soal-soal ujian bener-bener berbeda dengan permasalahan Manajemen Layanan IT, Tata Kelola IT, dan Masterplan IT di dunia nyata, apalagi di Indonesia dan di pemda. Namun faktanya undangan narasumber, permintaan sebagai konsultan dan proyek terus berdatangan. Terlanjur basah, dari Kewajiban Mengajar di Kelas yang akhirnya memaksa saya mendalami hingga memperoleh Sertifikasi dan menerbitkan Buku, kini mengharuskan saya menjadi seorang Praktisi dan menjadi seorang Peneliti.

Research Committees - Research Transparent , Free Transparent Clipart -  ClipartKey

Permintaan konsultan dan proyek dari berbagai Pemda dan Kementerian saya gunakan sekaligus untuk melakukan Belajar, Meneliti dan Mengkaji bagaimana Mengadopsi dan Mengadaptasi Kerangka Kerja-Kerangka Kerja Internasional dan Best Practice menjadi Kerangka Kerja lokal yang paling sesuai untuk organisasi/pemda tertentu. Bahkan berbagai permasalahan aktual e-government dan tata kelola IT di Indonesia ini saya jadikan topik Tugas Akhir/Skripsi mahasiswa S1 saya dan topik Tesis mahasiswa S2 Sistem Informasi ITS. Alhamdulillaaah hasilnya:
Kewajiban Mengajar –> Sertifikasi –> Buku –> Praktisi –> Peneliti —> TA & Tesis Mahasiswa –> Publikasi Paper

Sempat sebuah komentar miring dari seorang Programmer senior disampaikan ke saya: “masa’ Tata Kelola IT bisa jadi penelitian?” Komentar ketidaktahuan ini malah mencambuk saya untuk apply grant-grant penelitian di bidang Tata Kelola IT. Dan alhamdulillaah, semua berkat ridho Alloh, hingga tahun ini 5 research grant Tata Kelola IT telah saya terima, lebih dari 30 proyek Tata Kelola IT di berbagai organisasi/Pemda/Lembaga telah saya kerjakan, dan ratusan undangan narasumber telah saya tunaikan.


Proyek bagi Seorang Dosen

Woman Project Manager Cartoon , Free Transparent Clipart - ClipartKey

Jaman dulu, dosen yang cari pengalaman praktik implementasi ilmunya ke dunia nyata alias “mroyek” dianggap sebagian besar dosen sebagai hal yang jelek. Dosen yang dianggap “baik” adalah dosen yang rajin ngendon ke kampus dan mengajar tekun berdasarkan Teks Book yang tebal dan banyak. Kini saat kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka mulai dijalankan Pemerintah Indonesia, tiba-tiba fenomena dan pandangan ini pelan-pelan mulai berbalik 180 derajat. Mahasiswa dan dosen yang baik adalah mereka yang membuka diri mau belajar dari mana saja, bukan hanya sebatas buku, tapi juga dari pengalaman kerja, pengalaman permasalahan dunia sebenarnya. Dosen yang “mroyek” pelan-pelan dianggap baik, bahkan kini sebagai sebuah keharusan sebagai bagian dari proses pembelajaran seumur hidup dan pengabdian masyarakat dosen tersebut.

Jadi, jika ada komentar nyinyir tentang seorang dosen, yakni, “Dosen kok Mroyek terus?” Mungkin komentar itu benar apabila dosen yang mroyek tersebut melupakan 2 kewajiban utama dia dalam sebagai dosen selain Pengabdian Masyarakat yakni Mengajar dan Meneliti (Tridharma Perguruan Tinggi). Namun komentar itu bisa salah salah, apabila ternyata komentar tersebut dilatar belakang persepsi negatif tentang “Proyek” bagi dosen. Karena Proyek = Sarana belajar seorang dosen, sarana pengujian Teori/Konsep/Pengetahuan/Keahlian yang ia pelajari dan ajarkan di kelas, sekaligus pembuktian kontribusi diri dia dalam solusi permasalahan nyata . Seorang dosen, khususnya dosen program studi applied science seperti Sistem Informasi, adalah WAJIB terus belajar, mengimplementasikan, dan terus mengupdate keilmuannya dengan fenomena kebutuhan & permasalahan nyata Sistem Informasi di industri dan masyarakat yang berubah kian cepat!

Memang saat kesempatan-kesempatan proyek datang kepada seorang dosen ada beberapa pilihan NIAT yang dapat ia pilih:
(1) ia melihat tawaran proyek sebagai sebuah proyek penambah penghasilan alias motivasinya lebih pada uang; dan/atau
(2) ia melihat tawaran proyek sebagai sebuah kesempatan menguji-cobakan sekaligus mengonfirmasi keilmuan yang ia fahami & miliki serta ia ajarkan di kelas, sebuah proyek adalah kesempatan langka untuk belajarmengimplementasikan berbagai konsep & skill yang ia miliki
(contoh: bagaimana mungkin seorang dosen mampu mengajar Mata Kuliah “Manajemen proyek IT” sementara ia tidak pernah punya pengalaman sebagai Manajer Proyek IT? bagaimana mungkin seorang dosen mampu mengajar Mata Kuliah “Audit SI/TI” sementara ia tidak pernah punya pengalaman sebagai Auditor SI/TI? Bagaimana mungkin seorang dosen mengajar Programming untuk Solusi Bisnis sementara ia tidak pernah membuat aplikasi yang benar-benar berhasil diimplementasikan untuk solusi bisnis sebuah perusahaan?); dan/atau
(3) ia melihat tawaran proyek sebagai subyek Penelitian dan Publikasi Paper/Bukunya; dan/atau
(4) ia melihat tawaran proyek sebagai kesempatan untuk ia untuk berkontribusi secara nyata bagi kebaikan & perbaikan di organisasi atau daerah tersebut (contoh: membuat Peraturan Bupati atau peraturan Menteri yang benar-benar akan mampu memaksa semua pemangku kepentingan melaksanakan praktis baik manajemen & tata kelola TI, membuat aplikasi e-Budgetting yang akan membuat suatu pemda menjadi transparan dalam hal keuangan dan menurunkan angka korupsi, membuat Masterplan SI/TI yang akan membantu organisasi merencanakan pembangunan SI/TI secara lebih efisien dan efektif).

Dosen yang baik akan melihat alasan belajar, penelitian, dan kontribusi diri sebagai motivasi yang utama, sementara penghasilan tambahan hanyalah efek samping yang kadang kala tidak terlalu banyak ia terima.


Kesempatan Kontribusi Nasional itu Datang juga

Juli 2019, berawal dari undangan sebagai narasumber SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau e-Government) di sebuah Pemda yang tidak bisa saya hadiri, akhirnya seorang Asisten Deputi Kemenpan-RB menghubungi saya untuk dapat janjian bertemu di Surabaya. Surprise! karena awalnya saya yang ingin bertemu beliau, ini malah beliau yang ingin bertemu saya?! 🙂 Dengan semangat 45, karena menyadari Kemenpan-RB adalah kementerian yang bertanggung-jawab dalam mengoordinasi implementasi & mengevaluasi SPBE, saya begitu bersemangat berharap mudah-mudahan diberikan kesempatan untuk membantu merumuskan sebuah sistem atau peraturan yang dapat mendorong semua Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, & Institusi di Indonesia untuk menerapkan dan terus memperbaiki SPBE nya. Karena keyakinan saya sejak di Australia dulu bahwa:

Sebuah Negara akan bisa Lebih Baik apabila Birokrasi & Birokratnya Lebih Baik, dan Birokrasi & Birokrat bisa Lebih Baik apabila “dipaksa” & dibantu dengan Sistem Berbasis Teknologi Informasi/e-Government

(Susanto, T.D., 2008)

Di Indonesia, jika kita ingin menjadi bagian dari perubahan e-government maka ada 3 Kementerian utama yang memiliki peranan penting dan diupayakan untuk dimasuki:
1. Kemenkominfo
2. Kemenpan-RB
3. Kemendagri

Juli 2020, saya pertama kali bertemu Pak Dr. Imam Machdi, Asisten Deputi Perumusan Kebijakan & Koordinasi Penerapan SPBE untuk membicarakan rencana kerja-sama pembuatan Perangkat Evaluasi SPBE berdasar Perpres 95/2020 sebagai pengganti perangkat evaluasi Permenpan No. 5/2018. Minggu berikutnya kami bertemu kembali di Rektorat ITS, saat beliau dan rombongan Kemenpan-RB berkunjung silaturahmi ke Prof. Ashari, Rektor ITS. Sejak itu Agustus hingga November 2019, mewakili ITS secara marathon saya dengan tim Kemenpan janjian bertemu dan berdiskusi mengembangkan perangkat evaluasi bergantian saling mengunjungi: kadang mereka yang ke ITS, kadang saya yang ke Kemenpan di Jakarta. Dalam perjalanan kajian ini tak lupa pula saya mencoba mengadakan pertemuan diskusi dengan teman-teman AISINDO yang tertarik dengan e-Government untuk memberi masukan sekaligus mengundang beberapa diantara mereka saat berdiskusi dengan tim Kemenpan-RB. Ada yang menarik lagi, saya juga mengajak salah seorang mahasiswa S2 bimbingan Tesis saya untuk membantu mendokumentasi setiap pertemuan dengan Kemenpan dan menganalisis beberapa dokumentasi dan kerangka kerja referensi. Hasilnya, Alhamdulillaah kesempatan membuat Perangkat Evaluasi SPBE untuk semua K/L/D/I di Indonesia dapat terselesaikan sekaligus memberi kenangan dan pengetahuan untuk saya, beberapa rekan AISINDO, dan tentu mahasiswa bimbingan Tesis saya.

Exciting! Perjalanan mengkaji berbagai peraturan dan kerangka kerja hingga analisis kondisi lapangan untuk memastikan perangkat yang akan dibuat benar-benar dapat diterapkan oleh semua K/L/D/I di Indonesia. Berbagai analisis peraturan perundangan kita kaji setiap pasal dan kata, berbagai konsep dan proses kerangka kerja IT kita coba adopsi dan adaptasikan, berbagai pertimbangan kondisi eksisting dan perbandingan dengan perangkat lama kita coba pikirkan. Bahkan yang lebih challenging lagi adalah memikirkan bagaimana kesetaraan bobot nilai antara perangkat baru dengan nilai perangkat sebelumnya. Hingga akhirnya, 10 Desember 2019, Focus Group Discussion diadakan di Century Hotel menangkap masukan dari berbagai pemangku kepentingan SPBE di Indonesia terkait perangkat baru SPBE yang kami kembangkan.

Alhamdulillaahirrobbil alamiin, September 2020, mimpi kontribusi nasional ini akhirnya Alloh wujudkan: Permenpan 59 tahun 2020 tentang Pemantauan dan Evaluasi SPBE benar-benar diterbitkan pemerintah. Dan alhamdulillaah jumlah indikatornya sama dengan kajian yang terakhir yakni 47 indikator (dari awalnya kami mengkaji 88 indikator, kemudian menjadi 64, hingga akhirnya 47 indikator. Selisih 10 indikator dari 37 indikator di Permenpan 5/2018). Indikator-indikator ini sudah mengakomodasi semua aspek yang diamanatkan dalam Perpres 95/2018 tentang SPBE, bahkan pengukuran keterlibatan Pimpinan Daerah/Instansi dan dampak manfaat dari implementasi SPBE pun sudah mulai ditanyakan.

Mungkin diantara teman-teman yang belum punya pengalaman membantu organisasi pemerintah dan Pemda menganggap Perangkat Evaluasi SPBE ini hanyalah sekedar alat ukur, namun sungguh di lapangan saya menyaksikan sendiri bagaimana Perangkat Evaluasi SPBE yang dikeluarkan oleh Kementerian setingkat Kemenpan-RB memiliki daya paksa perbaikan bagi 623 K/L/D/I di seluruh Indonesia. Sungguh, jika kita ingin membuat perbaikan secara masif maka mulailah dengan memperbaiki sistem dan perangkatnya!

Berikut beberapa photo kenangan kami dengan rekan-rekan Kemenpan-RB dalam 5 bulan kesempatan kehormatan “proyek Merah-Putih” ini:


Alhamdulillaaah sebagai kesimpulan & sharing pengalaman bahwa sebagai seorang dosen, keilmuan mengajar kita di kelas sesungguh bisa dan harus menjadi kontribusi kita bagi implementasi praktis dunia nyata, yakni dalam bentuk beberapa langkah strategi:

  1. diawali dari Kewajiban Mengajar
  2. –> ditargetkan untuk mendalami, mengikuti, & memperoleh Sertifikasi internasional;
  3. –> dokumentasikan semua materi mengajar dan tulisan menjadi publikasi dalam bentuk Buku;
  4. -> cari dan ambil semua kesempatan untuk mengimplementasikan pengetahuan dan ketrampilan kita untuk memecahkan permasalahan nyata bahkan melatih kemampuan dan mengkonfirmasi teori/konsep yang kita yakini dengan memperbanyak pengalaman sebagai Praktisi dengan tetap memenuhi kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi, perbanyak network dan kerja-sama, buka wawasan & semangat belajar dari pakar dan disiplin-disiplin ilmu yang berbeda;
  5. –> Manfaatkan data-data dan pengalaman empiris yang kita peroleh sebagai Praktisi untuk kita jadikan ide dan materi Penelitian sehingga pada saat menjadi Praktisi sesungguhnya kita juga menjadi seorang Peneliti
  6. —> Cari mahasiswa S1 dan S2 atau mungkin S3 yang pandai dan tekun untuk bersedia mengkaji peluang-peluang Knowledge Gap Penelitian dari Proyek yang sedang kita jalankan, perintahkan mereka untuk melakukan Systematic Mapping Study dan terlibat aktif dalam aktivitas-aktivitas proyek kita. Bahkan bisa saja mereka menggunakan Proyek kita sebagai Subyek Penelitian TA/Tesis/Disertasi mereka sehingga pada saat yang sama kita dapat menghasilkan produk TA S1, Tesis S2, bahkan Disertasi Mahasiswa S3 prodi kita
  7. –> Jangan lupa akhirnya jangan lupakan Publikasi Paper Akademik guna meningkatkan poin fungsional dan sitasi kita sebagai seorang akademisi, baik melalui mahasiswa-mahasiswa bimbingan kita maupun sebagai Penulis Tunggal.

Post Disclaimer

The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Nikmat Kontribusi: Bagaimana Strategi Ilmu Mengajar di Kelas menjadi Sertifikasi, Buku, Tesis Mahasiswa, & Kontribusi untuk Negara? and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *