Renungan,  Taiwan

Efek Kenaikan BBM

Harga BBM dimana-mana naik. Baik di Indonesia, malaysia, dan negara-negara lain. Di Taiwan pun BBM juga naik. Di Indonesia demonstrasi terjadi dimana-mana, angkutan umum banyak yang mogok, harga barang-barang membumbung tinggi dan kemiskinan semakin merajalela.

Di Taiwan saya melihat kebijakan yang berbeda dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam menyikapi kenaikan BBM. Kalau harga jasa transportasi umum di Indonesia naik karena harga BBM juga naik, harga jasa transportasi umum di Taiwan justru turun. Bis kota ataupun MRT turun beberapa NT dolar, meski turunnya nggak banyak, berkisar dibawah 5 dolar NT (1500 rupiah), namun ini justru sangat membantu. Mengapa pemerintah Taiwan menurunkan harga jasa transportasi umum ? berikut analisa yang berhasil saya tangkap.

Jika harga jasa kendaraan umum turun dan harga BBM untuk kendaraan pribadi tetap naik maka masyarakat akan cenderung untuk menggunakan kendaraan umum semisal bus, MRT, kereta api dll. Jika masyarakat banyak menggunakan kendaraan umum maka akan terjadi penghematan pemakaian BBM. Subsidi pemerintah dialihkan ke transportasi umum dengan harapan masyarakat tidak merasa terbebani karena bagaimanapun juga transportasi sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok karena jarak rumah dengan tempat beraktifitas cukup jauh.

Berbeda dengan di negara kita yang justru mungkin sebentar lagi akan menaikkan harga jasa transportasi umum semisal angkot, bus kota, kereta api, dll.  Efek yang timbul akan membuat harga semua barang naik, karena harga transportasi secara tidak langsung akan membuat harga barang-barang ikut naik. Entahlah, apakah mungkin pemerintah merasa kesulitan memberikan subsidi ke transportasi umum ataukah lebih gampang memberikan BLT ke masyarakat yang dianggap miskin?

Semoga akan ada jalan dan kebijakan lain yang mendukung kesejahteraan rakyat dalam skala besar dan juga penghematan energi di Indonesia.

 

 

Post Disclaimer

The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Efek Kenaikan BBM and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.

9 Comments

  • galih

    Masalahnya kondisinya berbeda. Di Taiwan infrastruktur public mass transportation sudah bagus. Di Jakarta nyaris-nyaris tidak diperhatikan. Proyek monorail layu sebelum berkembang karena dianggap tidak menguntungkan secara bisnis. Pemerintah malah membangun busway yang menambah kemacetan lalu lintas. Transportasi publik utama adalah kaleng-kaleng karatan berjalan (baca: metromini, bus kota, kopaja) yang kacau balau. Apakah para manajer mau naik transportasi model begini? Susah mah kalau mbahas permasalahan di negara kita 🙁

    >yuhana:
    Memang kondisinya tidak sama. Namun semoga pemerintah bisa berkaca dan melihat pengalaman atau sikap negara lain yang bisa mengatasi suatu masalah dan bukan justru menambah masalah. Tentang naik transportasi umum, jadi ingat ketika berangkat ke ITS naik lyn P dari joyo boyo ke kampus tercinta. Alhamdulillah aku tidak masalah meski harus naik lyn, bagiku naik lyn tidak lebih lelah ketimbang sepedaan sendiri dari Driyorejo ke ITS PP, sementara suami hanya bisa antar sampai joyoboyo ketika berangkat, dan kalau pulang jelas enak dijemput suami 😛

    Aku banyak belajar di negeri formosa ini, salah satunya bahwa seorang professor pun tidak malu untuk naik sepeda di dalam kampus, ataupun terkadang naik kendaraan umum bersama mahasiswanya. Mereka lebih mengedepankan efisiensi dari pada gengsi.

  • nRa

    klo gitu gak usah dialihkan ke transportasi aja mas galih… dialihkan ke sektor lain, misalnya pendidikan. Biaya pendidikan sekarang lagi mahal2nya… menurut saya lebih baik pendidikan yang mendapat subsidi dari pada BLT. Ato cara lain, memberikan batuan modal bagi UKM (usaha kecil menengah) mulai dari industri hulu sampai hilir. banyak sektor yang masih bisa jadi harapan agar Indonesia jadi lebih maju. Dlu kita swasembada pangan, sekarang malah ngimpor beras. Kenapa gak para petani yang disubsidi?

    just my two NT 🙂

  • galih

    Nah, kalau pendidikan saya sangat setuju. Kasihan negara ini. Pendidikan makin lama makin mahal. Orang harus sekolah di luar negeri ( :p ) karena perguruan tinggi dalam negeri mengkomersialkan kurikulumnya (tak ada beasiswa 🙁 ). Saya adalah orang yang kena batunya karena sampai sekarang saya belum menemukan PTN yang “masuk akal” secara finansial. Bahkan pendidikan dasar saja sudah begitu mahal. SPP TK Al-Azhar bisa setara dengan gaji PNS golongan II. Hehe… masak harus ninggalin Indonesia buat nerusin master? I still love my job, I still love Jakarta.

    >yuhana:
    hiks.. iya lih, kadang aku juga berpikir apakah dengan gaji PNS-ku aku bisa sekolahin anak-anakku nanti ya? … Tapi aku masih percaya bahwa Dia maha kaya yang akan memberikan rejeki kepada hambaNya yang mau berusaha.

    So… hayo pilih sekolah yang mana ?

  • Yudha bs

    Mas Galih, Sekolah mahal belum tentu kualitas terjamin. Home scholing mungkin bisa jadi alternatif. Toh modul2nya sudah bisa kita dapat di internet.

    >yuhana:
    iya Yud, pendidikan sebenarnya bukan hanya tanggung jawab guru dan pemerintah saja, keluargapun bertanggung jawab akan pendidikan seluruh anggota keluarga terutama untuk anak-anak. Bahan-bahan yang ada di internet bisa digunakan sebagai bahan alternatif. Dan untuk yang tidak bertemankan internet bisa memanfaatkan kondisi lingkungan sekitar serta buku-buku sebagai alternatif bahan belajar, namun memang orang tua yang harus kreatif untuk menyajikannya agar bisa diserap dengan mudah oleh anak-anak kita.

    Kalau udah segede kita ya kita sendiri yang bertanggung jawab untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik

  • unduk

    Ide bagus untuk menurunkan biaya angkutan umum, dengan cara begini subsidi akan terarah kepada rakyat kecil pengguna angkutan umum. Namun demikian cara ini kurang cocok diterapkan pada mode angkutan yang tidak di kuasai negara atau perusahaan yang mudah diaudit oleh negara. Kalo sopir angkot kita bisa membeli BBM dengan harga subsidi khusus, hampir bisa dipastikan akan ada alih profesi sebagian sopir angkot kita menjadi pengusaha BBM 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *