Hari-hariku,  Kajian Islam

Jangan Salahkan Taqdir

Selama ini pengertianku tentang taqdir ternyata ada yang kurang tepat. Aku menganggap bahwa taqdir itu terjadi begitu saja, karena Allah telah berkehendak. Aku baru tahu setelah mendengarkan taujih dari Ustadz Edwin Purwandesi yang datang ke Taipei 5 hari yang lalu dan kemaren beliau kembali ke Jakarta. Lewat KAS (kajian ahad sore) beliau memaparkan apa itu taqdir.

Taqdir sebenarnya ada campur tangan manusia, sebanyak 2/3, sementara kehendak Allah adalah 1/3 dari keseluruhan rangkaian taqdir. Apa maksudnya? Seringkali saya dengar ayat Al-quran yang mengatakan : “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya”. Sebenarnya taqdir baik atu tidak, nasib baik atau tidak, sebagian besar tergantung pada manusia. Ada 3 tahapan yang dilalui sebelum jatuhnya taqdir manusia, yaitu :

  1. Qauli
  2. Syar’i
  3. Ghaibi

Contoh paling gampang adalah ketika kita melalui suatu ujian. entah itu ujian di sekolah, ujian kehidupan, ujian untuk memasuki suatu perguruan tinggi maupun ujian apapun. Gimana caranya kita dapat bernasib baik atau bertaqdir baik adalah melalui proses diatas. Pertama Qauli. Qauli disini artinya mengusahakan untuk mendapatkan nilai yang baik dengan mempersiapkan segala sesuatu alias belajar dengan baik. Jika kita tidak belajar dengan baik maka jangan salahkan taqdir kalau nilai kita jelek.

Jika kita sudah mempersiapkan diri dengan baik langkah berikutnya adalah melaksanakan syar’i. Arti dari syar’i ini adalah bahwa kita tidak boleh meninggalkan ibadah wajib yang telah diwajibkan oleh Allah SWT dan jangan lupa untuk berdoa agar kita diberikan kemudahan dalam melaksanakan ujian dan diberikan hasil yang terbaik. Jika kita tidak melakukan tahap kedua ini dan mendapatkan taqdir yang jelek maka jangan salahkan taqdir.

Tahap ketiga, Ghaibi adalah keyakinan bahwa apapun yang terjadi adalah kehendak Allah SWT. artinya ketika kita telah melaksanakan tahapan pertama dan kedua dengan baik, namun mendapatkan hasil yang tidak baik atau gagal maka itu adalah kehendak Allah, mungkin Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik untuk kita. Artinya semisal dalam mempersiapkan ujian SPMB kita telah belajar dengan baik, mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, berdoa, tidak meninggalkan ibadah wajib bahkan mungkin disertai dengan ibadah2 sunah seperti tahajud namun ternyata gagal alias tidak ketrima maka itu sudah kehendak Allah. Yang pasti Allah akan memberikan sesuatu yang terbaik bagi hambaNya yang bertawaqal. Setiap kehidupan kita, bagaimana kita mendapatkan rejeki itu juga melalui 3 rangkaian tahapan tersebut. apapun yang terjadi pada diri kita maka 3 rangkaian itu berpengaruh. Termasuk dalam mencari jodoh, mengarungi kehidupan sehari-hari dan sebagainya.

Ada hikmah yang dapat saya ambil dari taujih ini, bahwa kita harus berusaha sebaik-baiknya. Dalam sebuah hadist Qudsi dikatakan bahwa “Allah menyukai seorang pemberi makan kuda karena ia melaksanakan pekerjaannya dengan baik / bersungguh-sungguh”. Artinya meskipun manusia menganggap pekerjaan itu suatu pekerjaan yang sepele jika kita bisa mengerjakannya dengan baik maka Allah akan menyukainya dan akan memberikan rizki yang halal dan berkah. Bekerja secara profesional sebenarnya telah diajaarkan oleh islam. Pasti sering kita mendengar kalimat ini “Jika hari ini sama dengan hari kemaren maka kita merugi, jika hari ini lebih jelek dari hari kemaren maka celakalah kita” Bisa dibayangkan jika semua umat islam menyadari hal ini dan dapat melaksanakan setiap pekerjaan yang dibebankan padanya dengan baik maka bisa dilihat dalam waktu singkat umat islam akan maju. Mari berinstropeksi, sudahkah kita melaksanakan setiap pekerjaan dengan baik?

Jadi jangan salahkan taqdir ketika kita tidak berusaha untuk mendapatkan yang terbaik. Ada tambahan ?

Post Disclaimer

The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Jangan Salahkan Taqdir and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.

24 Comments

  • ichsan231

    Terima kasih Yuhana, new info for me, kalau pengalamanku taqdir di bagi dua 1). Taqdir Mubram (tidak bisa dirubah) 2). Taqdir Ghair Nubram (takdir yang bisa di ikhtiarkan oleh manusianya sendiri).

  • ario

    AsS..
    Syukron bu…. Kadang memang ummat islam terlalu memandang remeh.. soal usaha2 yang kita kerjakan diluar ibadah2kita.. misal belajar, bekerja, meneliti, etc.. sehingga mereka melupakan perintah takwa dalam arti sesungguhnya.. Bersungguh-sungguh dalam bekerja merupakan cerminan kita juga sebagai seorang yang bertakwa.. baca lentera hatinya Quraishihab.. πŸ™‚ Mungkin udah dibaca ya bu ?
    Sekali lagi, syukron tuk tulisannya.. mampu membuka cakrawala berpikir…

  • yuhana

    >ichsan
    Memang benar, taqdir yang pertama atau tidak bisa diubah contohnya adalah kematian, ketika Allah telah menentukan kematian untuk hambaNya maka tak seorangpun bisa mengubahnya sedetikpun. Nah apa yang saya tulis tersebut sepertinya masuk yang kedua, taqdir yang bisa diikhtiarkan oleh manusianya sendiri. Thanks tambahannya

    >ario
    sama-sama. Lentera hati dari Quraishihab ya? belum, belum dapat bukunya nih πŸ˜€

  • annyyuniarti

    Nambahin ya mbak πŸ™‚

    Ada kata mutiara dari buku al-Hikam karangan Ibnu Atha’ilah: “Bagaimana kita berusaha kalau Allah sudah menentukan semua? Tapi bagaimana kita diam kalau Allah sudah memerintahkan (untuk berusaha)?”

    Jadi secara hakikat kita percaya kalau semua hal sudah ditaqdirkan oleh Allah, namun secara syari’at kita wajib untuk tetap berusaha sekuat tenaga kita..

  • almuhandis

    ASs..
    Nongol Lagi.. Buku itu best seller lo… TOP abiess…
    Kalo menurut saya pemikiran beliau amat Brilian… Wah, wajib beli tu bu, kalo udah di Indonesia.. πŸ™‚

  • Ali S Kholimi

    Bismillah

    “Taqdir sebenarnya ada campur tangan manusia, sebanyak 2/3, sementara kehendak Allah adalah 1/3 dari keseluruhan rangkaian taqdir. Apa maksudnya? Seringkali saya dengar ayat Al-quran yang mengatakan : β€œAllah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya”. Sebenarnya taqdir baik atu tidak, nasib baik atau tidak, sebagian besar tergantung pada manusia.”

    Mohon petunjuk, dalil mana yang menunjukkan taqdir bisa diubah.

  • yuhana

    >Ali S Kholimi

    Bismillah

    Saya bukanlah ahli dalil ataupun tafsir, namun saya berusaha untuk mencoba menanggapi pertanyaan ini. Dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11 Allah berfirman : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ” Merujuk surat ini bahwa bagaimanapun juga manusia harus berusaha untuk mengubah nasibnya, namun kita juga harus percaya takdir yang telah digariskan oleh Allah SWT. Sependapat dengan dik anny. Insya Allah kita yakin bahwa Allah telah menentukan jodoh, mati dan rizki kita. Untuk urusan jodoh ini adalah rahasia Allah yang mana manusia tidak bisa mengundurkan ataupun memajukan. Kita yakin rizki juga begitu. Jika tidak ada campur tangan manusia, semisal bagaimana kita berusaha untuk menggapai rejeki Allah bagaimana Allah akan memberikan rizki kepada kita kalau kita hanya berdiam diri dan tidak melakukan usaha apapun untuk menjemput rizki itu?

    Sejauh yang saya ketahui ada 3 pendapat ulama terhadap taqdir, pertama yang percaya bahwa taqdir hanya ditentukan oleh Allah tanpa manusia bisa merubahnya atau yang disebut aliran jabariyah, yang kedua adalah yang percaya bahwa takdir sepenuhnya ditentukan karena usaha manusia yang disebut aliran qodariyah, dan yang ketiga adalah yang percaya bahwa takdir telah ditentukan oleh Allah, namun tetap ada campur tangan manusia didalamnya. Kalau dijabarkan bisa luas maknanya. Kalau kholimi punya pendapat yang lebih shoheh silahkan dibagi.
    Wallahu ‘Alam bishowab

  • Ali S Kholimi

    Bismillah

    Teks dalam bahasa Arab surat ar-Ra’du ayat 11 tidak menyebutkan bahwa yang berubah itu takdir, tapi “maa bi qaum” = “apa yang bersama qaum”.

    Wallahu’alam bi shawwab.

  • DODY

    AW.SEMUA NYA DAH TERJAWAB HE HE
    TAQDIR,EMANG DAH KETENTUAN AllAH KAN DAPAT DI BAGI2 LAGI , ADA YANG BISA DIRUBAH OLEH USAHA MANUSIA ADA Y SUDAH KETENTUANNYA HEHHE

  • Sekar

    Assalamu’alaikum

    Takdir….hampir semua insan ketika mendapatkan hasil akhir dari suatu permasalahan baik berakhir kebahagiaan atau duka..akan berkata “ini semua sudah takdir Allah”….tapi sering kalimat itu terucap lebih kepada hasil akhir yg buruk dari pada ketika mendapatkan kebahagiaan. Hei…tapi untuk aku bukan masalah ini sudah takdir atau bukan. Tapi setiap hari setiap jamnya setiap detiknya….senantiasa belajar untuk menerima sesuatu dariNya, hasil dari apa yg telah kita tanam setiap hari, dan terkadang siap2 menerima”surprise” dariNya…..apapun itu….

    Salam kenal untuk semuanya

  • elroemy

    Bersabda Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak
    taqdir (ketentuan) Allah Ta’ala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat
    menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik…” (HRTirmidzi
    2065)

  • roni alhawam

    begitulah takdir, rakdir Allah yang bertaalluq pada jamiil mumkinat, artinya terhadap sesuatu yang memungkinkan..dengan kata lain takdir Allah mencakup apa yang ada. seperti takdir ‘(kehendak Allah) untuk meruntuhkan gunung!! lalu bagaiman kata-kata doa bisa merubah takdir?? pada ketentuan ini sebenarnya takdir tsb, terbagi atas dua rincian yaitu takdir yang bersifat mubram (mutlak) seperti ajal, dll…dan takdir yang bersifat ghoiru mubram yaitu “tidak tetap”. pada ungkapan diatas yang dimaksud adalah takdir Allah yang ghoiru mubram itu bisa dirubah dengan doa…

  • star

    pengetahuanku tentang takdir amat lemah, tapi ada satu hadis yang membuatku takut. inti dari hadis itu adalah, ada orang yang seumur hidup melakukan perbuatan ahli surga tapi suratan takdir mendahuluinya sehingga dia masuk neraka ada orang yang seumur hidup melakukan perbuatan ahli neraka tapi suratan takdir mendahuluinya sehingga dia masuk surga. hanya kepada Allahlah kita minta pertolongan dan kekuatan.

  • asa

    takdir apa tidak usah di bahas panjang lebar ya, kyaknya susah banget, bagaimana dg hadits rarulullah dalam kitab hadits arba’in yang menerangkan bahwa ada orang yang amalannya amalan ahli surga, padahal antara dia dengan surga tinggal sehasta tapi takdirnya dia masuk neraka begitu juga sebaliknya. jadi bagaimana ya, apa percaya aja bahwa taqdir itu ada, ato gmn???

  • rachmad eka saputra

    good openi ,Takdir finali milik allah kita sebagai hamba harus berikhtiar dan berdoa dalam mejalani takdir ,jika usaha sudah maksimal untuk merubah takdir lebih baik tapi tetap tidak ada perubahan disitullah kita harus meyakini bahwa takdir hanya Allah yang menentukan ,karena jodoh,rezeki,maut akan datang dari arah yang tidak disangka-sangaka jika Allah menghendakinya ,Amin………

  • haris

    Taqdir mutlak urusan Allah SWT, bagi kita tidak penting mengurusi taqdir, yang jauh lebih penting adalah menyikapi dari adanya taqdir.
    Diberi sehat (baca : kelonggaran) Syukurlah; diberi sakit (baca: kesempitan) sabarlah. Bagi makhluq sehat dan sakit tdk penting krn yg penting adalah menyikapi bgmn jika kita diuberi sehat atau sakit.

    Mungkin muncul pertanyaan : Apakah saya mau sakit ? tentunya ya kalau bisa meminta jangan sakit !, tetapi apakah ada jaminan bhw kalau kita makan 4 sehat 5 sempurna, istirahat cukup, olahraga bagus, apkh ada jaminan sehat ? ya tidak ada yg dapat menjamin kecuali Allah SWT sendiri. Bisa saja krn pingin sehat dgn olahraga joging malah sakit keserempet mobil yg pengemudinya teledor.

    Lha kalau begitu buat apa usaha, kalau taqdir sudah ditetapkan ? Inilah pertanyaan yg paling banyak diajukan. Usaha itu ibadah, usaha itulah yang dinilai Allah SWT, Bukan sehat dan sakitnya yg dinilai Allah SWT.
    Setelah itu menilai lagi bgmn reaksi manusia setelah Aku beri sehat atau sakit ?

    Jadi usaha, dan reaksi dari sehat atau sakitlah yang dinilai Allah SWT sebagai bentuk Ibadah, sedangkan sehat-sakit adalah taqdir, ketentuan, “pandum=jawa”.
    Semoga bermanfaat, amin

  • Ary AL-Asy'Ary

    Apakah benar paham Qadariyah dan Jabariyah, Tentang kehdupan manusia jalan yang di tempuhnya… Apakah manusia selalu desertai Oleh Campur tangan Allah… Bingung memikirkan bahwa kesadaran itu ada pada diri Manusia. Saya sering temukan mendengar.

  • ulhak jian

    masyaAllah sangat bagus sekali sherenya, saya nimbrung ja : manusia tdk dapat merubah taqdir, cuma dengan do’a mudah2n tqdir kita yang buruk dipindah kealam mimpi, ikhtiar kita adalah wajib, cuma sebaiknya kita hilangkan rasa bahwa kita yang ikhtiar sebab itu juga kuasa Allah, jadi sikap kita kepada taqdir wajiblah menerima dengan sabar dan ikhlas, karena taqdir adalah kendaraan menuju Allah,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *