Menu Close

Musim Ompol, Semua Menjadi Politisi!

Kolom Komunitas BangJae

Lalu Muhamad JaelaniLalu Muhamad Jaelani

[Sasak.Org] Tukang becak tiba tiba doyan berbicara politik, pedagang sayur dipasar pasar rakyat, siswa siswa sekolah juga begitu, apalagi mahasiswa, eksekutif muda dan para pekerja mapan.

Politik benar benar telah merasuki segenap jiwa bangsa ini, bahkan mereka yang tidak ada hubungan langsung dengan tema pembicaraan politisi di pusat kekuasaan sana ikut ikutan sok sibuk, ribut menggadang calonnya, ribut mencari cara untuk menjatuhkan jagoan kawan kawannya.

Tetangga yang semua akur dan saling tegur sapa, tiba tiba menjadi seolah tidak kenal. Kawan kawan akrab yang rajin berakrab ria, saling tunjuk muka. Aura permusuhan dan perpecahan mencuat bersamaan dengan musil OMPOL ini, semua orang ng-omong politik, banyak orang tak sengaja mencari musuh dan berlomba lomba membuktikan kesaktian diri, ya kesaktian diri dalam berdebat dan mengajukan data data paling sahih, tentu menurutnya.

Sementara pihak lain yang merasa terpojok bukannya berdiam diri, jurus jurus mautpun tiba tiba hadir dan tercipta, untuk apa lagi selain melumpuhkan kesaktian lawannya, musuhnya yang tak lain adalah temannya sendiri.

Di musim ompol ini, dengan sangat mudah kita temukan orang orang yang dulunya diam, kalem dan periang tiba tiba menjadi reaktif, kata kata seperti Lanjutkan akan dibalas dengan Lebih cepat lebih baik, teriakan merdeka akan disambut dengan sorakan lanjutkan, begitulah seterusnya.  Entahlah..

Ada juga sebuah fenomena unik, tak kan mudah menemukannya di meja kelas, apalagi saat ujian nasional. Pemilihan jagoan ternyata diputuskan terlebih dahulu daripada mengumpulkan daftar alasan mengapa kita harus memilih. Alasan alasan memilihpun sering muncul hanya sebagai upaya berkelit dari serangan pihak lain. Bahkan yang lebih menyedihkan, upaya mencari alasan alasan itu kerap kali terlupa hanya gara gara kita sibuk mencari kelemahan dan kekurangan jagoan lawan.

Betapa mudahnya kita terlarut dalam permainan dan tabuhan gendang orang yang tidak mengenal kita, bahkan hanya memikirkan nasib masyarakat marjinal disaat saat butuh coretan pulpen di atas kertas suara.

Janganlah karena kebencian kita kepada sebuah golongan, orang lain dan kelompok lain, membuat kita berlaku tidak adil terhadapnya. Tetaplah proporsional, tak perlu mencari musuh baru dan menampakkan kesaktian diri.

awal dinihari, senin 22 juni 2009
Jhongli City, Lalu Muhamad Jaelani
Post Disclaimer

The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Musim Ompol, Semua Menjadi Politisi! and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.

2 Comments

  1. jeje

    iy sangat miris klo inget masa2 pilpres..smua mengelu elukan jagoannya msing2..eh..giliran gagal, dy mencak mencak cari kesalahan yang menang..gk ad yg mw saling berkerjasama membangun indonesia lebih baik..jadi lebih kliatan ngejar jabatan drpada mengapdi untuk rakyatnya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *