Menu Close

Kita Kekurangan Energi

[Sasak.Org] Apa jadinya jika salah satu kebutuhan dasar untuk hidup ini tidak terpenuhi? apa jadinya jika energi untuk menjalani hidup ini tersedia dalam jumlah dan waktu yang terbatas? Itulah yang kini kami hadapi di era abad baru yang sudah amat modern ini. Kami tidak punya listrik. Anak anak sekolah tidak bisa tenang belajar gara gara listrik yang padam teramat sering. Para investor ragu untuk masuk kampung kami, juga gara graa listrik. Investor yang sudah kadung masukpun kini teriak. Tak cukupkah teriakan kami didengar oleh para petinggi kampung ini. Novotel Lombok yang berduitpun sudah 11 tahun menunggu janji, hanya untuk mendapatkan pasokan energi. Apalagi anak kampung di pelosok yang tak pernah mengerti mengapa lampu sedemikian sulit untuk menerangi waktu waktu belajar mereka.

Ah, rupaya itu masalahnya. Rupanya petinggi kampung ini kekurangan daya, PLN kampung kami ternyata defisit 20 MW ! pantas saja listrik kami tak ubahnya lampu kelap kelip yang bersahutan antara terang dan gelapnya malam. Pantas saja,  barang-barang elektronik seperti AC, kulkas, TV dan lain sebagainya  demikian gampang rusak!! hanya kerangkeng jangkrik kami saja yang bisa bertahan lama.! Lalu kemana para petinggi kampung ini yang telah kami pilih dengan biaya milyaran itu? Dimanakah janjimu tatkala pemilihan dulu, yang akan mendorong  (d) Percepatan pembangunan kelistrikan didaerah kami?

Maafkan daku wahai penggawa, aku lupa bahwa engkau telah berbuat, engkau telah menggelontorkan 6 Milyar untuk menangani masalah ini. Apakah ini juga masih janji?  ingatkah kau Selasa, 16 Desember 2008 waktu itu, kau janjikan untuk menangani masalah ini? Ah, itu baru 5 bulan!, aku dan rakyat jelata kampung ini masih bisa menunggu hasilnya, mungkin saja listrik itu masih tersangkut di ibu desa sana, butuh waktu lama untuk sampai di kampung kami.

Sementara PLN, PERUSAHAAN besar itu ternyata hanya pandai berkelit saja. Selain mengaku kekurangan 20 MW, mereka juga mengaku mengalami kerugian sebesar 1,3 triliun setahunnya, sementara  jumlah pemasukannya hanya Rp. 400 miliar saja. Halah, ini alasan lagi. Alasan terus.

Tak mau pusing, bukankah itu semua urusan kalian? kami sudah membayar kalian, memilih kalian untuk mengurusi masalah masalah di luar kepala bodoh kami.  Sudahlah, kini yang aku ingin adalah LISTRIK bisa terpenuhi, menyala terus menerus dengan harga standar seperti kampung sebelah. Kalau tidak, sekalian saja kami semua tidak menggunakan listrik. Kembalikan saja kami ke jaman batu, kami sudah siap!

Post Disclaimer

The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Kita Kekurangan Energi and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.

2 Comments

  1. hadi prayitno

    Apa yang bisa dan harus kita lakukan miq?saya juga geregetan bacanya…saya kebetulan ada temen yang katanya pernah jadi mitra kerjanya PLN untuk ngurusin PLTD yang diampenan…semoga dia bisa ceritain penyakit sebenarnya..

    • lmjaelani

      iya miq, sebenarnya bisa gampang kok asal mau pusing dikit. Misal dg membangun PLT Panas Bumi , Rinjani menyimpan sekitar 30 MW energi, itu hanya satu sumur saja di sembelia.

      tapi pemda lebih memilih membangun PLTD atau PLTU dg bahan baar Batubara yang sangat rentan pasokannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *