Menu Close

Sosis#3 Mengukur Bumi

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sahabat FKMIT yang dirahmati Allah SWT. Alhamdulillah, kita telah dipertemukan dengan jumat ke 16 dari 52 jumat di tahun ini. Hari jumat ini juga bertepatan dengan hari ke 111 dari 366 hari yang semoga Allah berkahi.

Melanjutkan Sosis (Sain, Sosial, dan Islam), yang sebelumnya diawali dengan cerita seputar gunung oleh Dr. Asep. Ijinkan saya untuk bicara, berbagi ilmu dan memancing diskusi konstruktif diantara kita, bukan untuk menggurui apalagi merasa pintar sendiri :)

Geoid, Bentuk bumi kita

Jika Sosis pertama mengangkat masalah gunung (salah satu bagian dari bumi), dengan background ilmu geologi, kali ini saya ingin mengangkat masalah bumi dari sisi geodesi. Jika ada yang bertanya, apa beda antara geologi dengan geodesi, saya akan jawab dengan jawaban Kajur pertama Teknik Geodesi ITS ketika beliau kami tanya dengan pertanyaan yang sama. `Jika kita belajar ilmu kedokteran, geologi itu adalah spesialis ilmu dalam, sementara geodesi adalah spesialis kulit dan kelamin`, begitulah jawaban beliau, sederhana, terkesan bercanda tapi begitu melekat dan mudah difahami oleh orang kebanyakan.

Geodesi adalah salah satu ilmu bumi yang tertua yang fokus pada pengukuran bumi, sebagaimana nama yang melekat pada dirinya. Geodesi, berasal dari bahasa yunani; geo adalah bumi dan desi (daisia) berarti membagi. Geodesi, ilmu membagi bumi :)

Ada tiga hal besar yang dipelajari dalam ilmu ini,  yang pertama adalah Posisi yang pasti dari titik-titik di muka bumi, kedua Ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi dan yang terakhir adalah Bentuk dan ukuran bumi serta variasi gaya berat bumi.

Dua hal pertama yang disebutkan diatas sering masuk dalam kajian geodesi fisik, sementara yang terakhir masuk ke kajian geodesi sains.

Ilmu geodesi pertama kali muncul dan diterapkan 2000 tahun SM oleh orang orang di Mesir. Mereka memanfaatkan `apa yang disebut saat ini` sebagai pemetaan untuk memetakan (tepatnya mengkapling) daerah aliran sungai sepanjang sungai NIL, ini dilakukan untuk keperluan pertanian. Dengan bantuan militer, ilmu geodesi berkembang sangat pesat sampai saat ini.

Manfaat Saat ini

Geodesi yang hasil akhirnya adalah data spasial (data keruangan) dimanfaatkan diberbagai disiplin ilmu. Dibidang rekayasa diantaranya berupa survei pendahuluan untuk menentukan jalur kereta api, jalan raya, jalur air, pipa gas, menghitung cadangan bahan tambang dsb. Dibidang Mitigasi Bencana, diantaranya pemantauan deformasi (pergeseran) muka tanah, seperti gunung, lempeng benua/samudra, penurunan muka tanah dan kenaikan muka air (laut).

Kiblat Jepang, Ke Arah Barat Laut

Dibidang agama apa? hehe, karena ini sosis, geodesi berperan dalam membantu penentuan arah kiblat. Dengan mengetahui posisi ka`bah dan posisi kita, kita bisa menghitung jarak dan arah ke ka`bah menggunakan metode metode geodesi. Mungkin ada diantara kita yang pernah pergi ke Suriname? di negara itu, kiblatnya ada dua, barat dan timur, secara kelimuan `kiblatnya ke timur`, namun orang orang jawa yang pindah ke suriname, masih menggunakan `barat` sebagai kiblat. Mungkin ada yang berfikir, kenapa di canada, atau di jepang, kita solat menghadap barat agak ke utara? padahal ka`bah ada di (barat) selatan kita?. Jawabannya adalah karena bumi kita seperti bola (lebih tepatnya disebut geoid, karena tidak mulus seperti bola sepak). Dalam dunia geodesi, yang disebut jarak adalah beda posisi yang terpendek antara dua titik, ARAH solat kita mengikuti aturan JARAK ini.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

Kemajuan teknologi membawa perubahan besar pada perkembangan geodesi, yang sebelumnya fokus pada pengukuran terestris (dilakukan langsung di atas muka bumi), berkembang dengan pengukuran ekstra terestris, dengan menggunakan wahana pesawat terbang sampai satelit. Perkembangan teknologi informasi juga mendorong perubahan cara penyajian data kepada pengguna, dari yang sebelumnya paper-based berupa peta peta, berkembang menjadi informasi spasial (keruangan) yang tersaji dengan mudah pada perangkat elektronika. Pun demikian,  prosesing, penyiapan, penyajian dan transmisi data juga menjadi sangat cepat. Alasan ini yang mendorong perubahan ilmu geodesi menjadi geomatika, dibeberapa universitas, dalam dan luar negeri.

Peran Ilmuan Muslim

Menutup SOSIS kali ini, tidak ada salahnya untuk kembali mengenang beberapa nama besar pendahulu kita. Ada beberapa nama ilmuan muslim yang sangat berperan dalam pengembangan ilmu geodesi. Diantaranya adalah Abu Rayhan Biruni (973-1048), Muhammad al-Idrisi (1099-1165), Piri Reis (1513), Nasir al-Din al-Tusi (1210-1274) dan lain lain

Abu Rayyan Albiruni adalah ilmuan muslim yang memperkenalkan konsep triangulasi untuk keperluan pengukuran jarak diatas permukaan bumi. Pada umur 17 tahun, Biruni menemukan jari jari bumi sebesar 6339,9 km (hasil pengukuran termodern yang diakui saat ini adalah 6356,7 km). Pada umur 22 tahun beliau memperkenalkan konsep proyeksi peta.

Muhammad al-Idrisi atau lengkapnya Abu Abd Allah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti, memiliki karya besar dalam bidang geodesi yakni atlas dunia (yang dibuat pada tahun 1154), dikenal sebagai peta dunia kuno paling maju. Salah satu software terkenal dalam bidang SIG : IDRISI GIS system, yang dikembangkan oleh Clark University diambil dari nama Muhammad al-Idrisi. Untuk mengenang Al Idrisi, di kampus ITS, nama Idrisi dipakai sebagai nama salah satu Musholla :) .

Selanjutnya adalah Piri Reis, beliau adalah seorang pelaut, laksamana angkatan laut sekaligus kartografer Muslim dari turki yang pernah membuat peta dunia dengan ketelitian mengagumkan pada Muharam 919 H (sekitar april 1513). Peta yang di `lukis` diatas kulit rusa ini telah dilengkapi dengan benua antartika (yang baru ditemukan tahun 1818).

Nasir al-Din al-Tusi adalah ilmuan serba bisa, beliau menjadi penemu dalam bidang biologi, kimia, fisika, astronomi, matematika dan geodesi. Dalam bidang geodesi, penemuan terbesarnya adalah segitiga bola `spherical triangle`, ilmu ini sangat bermafaat ketika kita melakukan penghitungan diatas bidang bumi yang tidak datar. Dalam tataran praktis banyak dipakai untuk penghitungan jarak dan sudut untuk keperluan navigasi (udara maupun laut).

Ingin rasanya menulis lebih panjanggg dan detail, namun `waktu baca` saudara/i semua lebih penting. Untuk apa menulis panjang panjang jika itu menyakitkan pembaca? hehe. Peace :) , sampai jumpa di sosis berikutnya dijadwal kosong yang tidak terisi, semoga bisa saya selipkan.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْ‌ضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّ‌زْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ‌

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. [Al Mulk :15]

Salam hormat

Lalu Muhamad Jaelani

Post Disclaimer

The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Sosis#3 Mengukur Bumi and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.

2 Comments

  1. Puspita Deswina

    seharusnya ilmuwan islam jauh lebih maju, karena kita punya tuntunan yg pasti kebenarannya yaitu Al Qur’an , mudah2an ini akan terwujud….. amiinnn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *