Pantai dan laut adalah keajaiban tersendiri bagiku yang lahir sebagai anak gunung. Deburan ombak, suara gemuruh dan pandangan lapang yang terbentang luas sangatlah menakjubkan bagiku yang keseharian ditemani suasana pegunungan di kaki selatan rinjani.
Pantai, baru masuk kedalam kosakata hidupku tatkala (sudah) memasuki usia sekolah dasar, kalau tidak salah sekitar kelas 2. Saat itu, kelompok pengajian di musholla kami, yang dikelola oleh kakak kakak yang kreatif dan pemberani mengajak untuk berkemah di pinggir pantai. Pak Doan dan Kak Afang adalah dua orang yang menjadi motor acara ini. Usianya masih terbilang muda, masih SMP. Tapi keberaniannya membawa rombongan anak anak kecil sangatlah mengejutkanku.
Akhirnya, waktu yang ditentukan telah tiba. Anak anak kecil telah berbaris rapi menggunakan seragam pramuka, ya seragam pramuka, walau sebagian besar tidak lengkap. Ada yang hanya pakai celana pramuka atau baju pramuka saja. Yang jelas, tidak ada yang pakai sepatu. Kala itu, murid yang punya sepatu masih bisa dihitung jari. Mengapa pakai seragam pramuka? tak lain adalah agar perjalanan kami lancar, tidak diperiksa pak polisi. Perjalanan ke sebuah
pantai di sisi timur lombok, kami tempuh dengan menggunakan truk. Sorak sorai dan kegembiraan menghiasi perjalanan ini. Truk ukuran kecil yang membawa kami, akhirnya berhenti tak jauh dari bibir pantai. Riuh rendah anak anak kecil yang dari tadi terdengar tiba tiba menghilang entah kemana. Semua mata tertuju ke arah pantai, bengong keheranan. Tak terkecuali denganku. Mataku tertuju ke arah laut, berkali kali melihat ke atas, tak percaya bahwa langit yang sehari hari aku lihat mengayomi desaku kini berada di bawah. Ini bukan laut, ini langit yang terbalik! atau .. yang di depan itu adalah benar benar laut sementara langit kami di atas sana adalah cermin yang memantulkan wajah laut? ah.. entahlah.
Hari menjelang sore, kemahpun didirikan. Lokasinya tak jauh dari bekas reruntuhan bangunan yang sepertinya pernah diterjang ombak besar. Kami bermalam di sana, diselimuti dinginnya angin yang berhembus kencang. Ada rembulan ukuran besar walau tak purnama menemani malam. Jam dua dini hari, kuberanikan untuk mandi saja di pantai. Kata kakak pembimbing, airnya hangat. Dan ternyata benar, air laut itu hangat mesti di malam hari.
!9 Oktober 2013. Sesaat selepas subuh di pantai kuta. Ada sisa purnama di sana.
Post Disclaimer
The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Wisata Pantai yang Menakjubkan and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.