[Sasak.Org] Namanya Jack, kulitnya hitam berperawakan tegap. Profesinya sehari hari adalah sebagai tukang ojek sebuah motor butut peninggalan ayahnya. Ia setiap hari selalu mangkal di perempatan desa kami. Sejak kecil ia hidup susah, ia lahir dari ibu bapak susah, rumahnya cuma bedeg berlantai tanah keras beratap ijug. Ijug adalah daun padi yang dikeringkan, banyak rumah didesa kami yang masih beratapkan ijug.
Suatu ketika, Jack mendengar cerita gembira dari kawan kawannya yang baru pulang dari Malaysia, cerita ini membuat dadanya membuncah, matanya b erseri seraya berucap: AKU JUGA BISA!!!. Ya! kawan kawannya yang sebelumnya miskin dan lahir dari keluarga miskin, kini bisa tampil sebagai raja kecil dikampung kami, tangannya menenteng HP, Rumahnya diperbaiki, Ada sawah dan Perhiasan emas yang melingkar di leher dan tangan istri mereka. Jack bagai tersihir, pemuda desa yang hanya lulus SMP ini membayangkan akan bisa seperti mereka. Bisa membangun rumah, bisa membeli sawah, bisa membahagiakan anak dan istrinya. Itulah harapan Jack dan beratus ratus pemuda desa kami yang terhimpit kesemrawutan hidup, terjepit kebiadaban harga harga yang tak kenal kompromi.
Akhirnya Jack pun berangkat ke Malaysia, mengadu nasib layaknya pejuang yang dikirim ke medan laga, ia sudah siapkan semuanya. Ia siap lahir batin menghadapi apapun di tanah rantau sana. Singkat cerita, Jackpun pulang setelah 2 tahun banting tulang, peras keringat, bercucur air mata dan darah. Jack pulang membawa uang rampasan perang dari negeri seberang. Namun Jack jauh berbeda dengan kawan kawannya yang lain. Ia tidak membeli HP baru, Ia tidak membeli perhiasan buat istrinya, Ia tidak lekas membangun rumah sebagai pertanda kejayaannya, iapun tidak berhura hura layaknya TKI lain. Jack memang beda, uang yang ia dapat dipergunakan untuk modal berjualan bakso, membuat warung bakso disudut desa kami. Tak ada tanda tanda bahwa ia mempunyai banyak uang, karena uangnya habis ia putar untuk warung bakso yang ia dirikan dibeberapa tempat, ia rekrut teman teman kampungnya untuk membantunya berjualan.
Kini, setelah dua tahun berjalan, tampaklah perbedaan mencolok seorang Jack, dibanding teman teman mantan TKI nya. Kalau dulu teman temannya terlihat gagah, gaya dan berlagak bos baru di desa kami, sekarang kondisinya berbalik. Jack tidak hanya gagah, tapi dia seolah pahlawan baru di desa kami, ia mampu membuka lapangan kerja bagi pemuda desa, ia mampu menumbuhkan semangat hidup dan berwirausaha di dada ratusan pemuda yang hampir pupus semangatnya.
Yang menunggu kedatangan Jack Jack baru..
Cukup sekali menjadi TKI, tak perlu kembali lagi
Post Disclaimer
The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Kisah Jack, TKI desa kami and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.
semoga aza ada jack baru ya…
mereka pekerja sosial devisa untuk Indonesia….tapi sayang…….?
aq inigin kayak jack
aq inigin kayak jack
sepertinya jack hobinya nyanyi lagu ‘rumah kita’ milik godbless. meski rumah beratap jerami dan beralaskan tanah, namun bagi jack kampung halaman memiliki daya tarik luar biasa. tidak itu saja, ia pun membaktikan cintanya pada kampung halamannya saat memiliki kesempatan
salut untuk jack
ngomong-ngomong, sapa tuh nama ortunya? wilson ato jhon ya?
Nice story miq..kire-kire jack nike sai miq?