Penguasaan Bahasa Daerah, khususnya sasak, berbeda dengan penguasaan kita terhadap bahasa indonesia, dimana kita mengusai semua “persyaratan untuk bisa dikatakan bahwa kita mampu berbahasa”, seperti kemampuaan berbicara(speaking), menulis(writing), membaca (reading) dan mampu menangkap pesan dari lawan bicara(listening). Hampir tak ada yang bisa menyangkal kalau kita(baca=orang sasak), hanya pandai berucap dan mendengar, jarang sekali diantara kita, mampu menulis menggunakan bahasa sasak dengan huruf latin, apalagi jika harus membaca dan menulisnya dalam aksara asli (hanacaraka…aksara yang mirip dengan jawi kuno), bisa berabe..!
Padahal untuk bisa “mengawetkan” bahasa sasak, kesemua persyaratan untuk berbahasa diatas, menjadi penting. Belum lagi kalau sudah berbicara dengan semeton sasak dari daerah lain, tak ayal keragaman logat, pengucapan bahkan kosakata yang dimiliki bahasa ini bisa membuat mis understanding. seperti nya sudah saatnya, media lokal seperti SelaparangTV, Lombok TV, menunjukkkan kelokalannya dengan memformalkan bahasa sasak dalam acara acara nya, paling tidak dalam berita lokal dengan menggunakan bahasa lokal, seprti yang dilakukan JTV lewat pojok kampung, pojok kulonan dan pojok madura.
tapi,… entahlah…
kita lebih suka berkelahi..dari pada berkolaborasi.
MARI bekerjasama dalam hal hal yang kita sepakati dan saling mnghormati untuk hal yang tidak kita sepakati
melalui forum komunitas sasak(komunitas-sasak@yahoogroups.com), saya pribadi mengajak semeton senamian untuk, mengawetkan( melestarikan) bahasa ibu kita, paling tidak dengan berbagi “kosa kata”
Post Disclaimer
The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Budaya tulis menulis Sasak and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.
Ngumbe kabarte meton….
apa yang harus kita lakukan untuk melestarikan bahasa Sasak? jika orang Sasak sendiri gengsi untuk menyebut orangtuanya dengan sebutan inaq amaq? sebutan itu dianggap kolot dan jadul…tergantikan dengan sebutan mama, bunda, papa, dan ayah…terus gmana ya solusinya?
Inaq Yulinda,
Anda bisa bergabung dengan komunitas-sasak@yahoogroups.com, upaya rame rame komunitas sasak untuk melestarikan budayanya. salah satunya melalui pembuatan kamus base sasak online. bisa di cek di kamus.sasak.org, silahkan jga kunjungi situs resminya di sasak.org.
tampi asih,
lmjaelani