hari jum’at kemarin, saya iseng iseng ngecek log search situs, ternyata banyak juga yang mengunjungi situs ini, padahal saya pribadi sudah punya niat untuk menguburnya. soalnya belum jelas ada atau tidak manfaatnya buat saya dan para pengunjung. O iya, dari sekian banyak daftar kata yang pernah terekam nampaknya ada salah seorang pengunjung yang mencari artikel atau apalah namanya, seputar Rebo Bontong. dari namanya saja, jelas ini istilah dalam bahasa sasak. Dulu waktu tinggal di kotaraja, saya pernah dengar istilah rebo bontong ini dari nenek. Rebo Bontong itu berasal dari kata Rebo = Hari Rabo sementara Bontong = keadaan setelah putus (biasanya mengacu pada ekor binatang), misal araq kadal bontong berarti ada kadal yang punya ekor pendek (apakah karena sengaja diputus atau tidak, tidak menjadi soal).
Bagaimana dengan Rebo Bontong? Hari rabu yang punya ekor bontong? tentu tidak karena ini hanya istilah (phrase), yang kurang lebih maknanya adalah hari rabu terakhir dalam bulan sya’ban. Menurut kepercayaan orang sasak (menurut saya pribadi ini hanya mitos saja), pada rebo bontong kita tidak boleh tidur pada siang hari, makanya para tetua adat yang percaya hal ini, sangat melarang cucu atau anak mereka tidur disiang hari pada hari rebo terakhir bulan sya’ban. Jika dilanggar maka, “yang melanggar” akan mengalami kondisi “tidak sehat” selama menjalankan puasa wajib di bulan romadon. saya dulu sering dimarah jika diam diam tidur di kursi pada hari tersebut, tapi yang jelas itu semua hanya mitos.
Post Disclaimer
The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Rebo Bontong and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.
Saya adalah orang luar Sasak yang udah lama mengenal sasak selama 14 tahun, dan tinggal di lingkungan orang sasak dengan beragam keadaan dan latar belakangnya. Mengenai perkelahian antar kampung di lombok itu sebenarnya sudah merupakan kegiatan lama yang harusnya tidak boleh terulang lagi, perkelahian jaman dulu terjadi karena orang perorang dari masing-masing kampung jarang ketemu dan tidak saling kenal, dikarenakan kondisi geografis antar dusun atau repuq yang saling berjauhan. nah kalau sekarang kan sudah maju / modern, sehingga mau kemana aja bisa dengan motor, mobil atau apa sajalah. mau nonton apa saja juga ada , bisa langsung ke lokasinya atau lewat TV. Jangan hanya karena gengsi akhirnya saling jaga jarak dan saling berpraduga / berprasangka, yang akhirnya hanya dendam yang ada.
Kalau bisa sekarang ini pikirkan kemajuan masyarakat dan daerahnya, jangan ada lagi perkelahian yang membuat bulu kuduk berdiri, karena yang menang juga ada yang luka / mati, apalagi pihak yang kalah. terasa sangat sia-sia dalam menjalani hidup dan waktu yang diberikan oleh Allah Swt ini.