Tsunami kini menjadi istilah yang sangat populer di masyarakat kita, terutama setelah kejadian Tsunami di Aceh, Nias dan sekitarnya di penghujung tahun 2004 dan Tsunami Pangandaran yang terjadi seminggu yang lalu. Apa sebenarnya Tsunami itu? Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang secara harfiah berarti ombak besar di pelabuhan. Secara istilah didefinisikan sebagai hantaman ombak ke daratan yang terjadi setelah gempa bumi yang berpusat di laut (Contoh: Tsunami di Aceh dan Nias), gunung berapi meletus (Contoh: Tsunami akibat meletusnya Gunung Merapi), atau akibat jatuhnya meteor besar di laut.
Energi dari Tsunami bersifat statik, yang merupakan fungsi dari ketinggian dan kecepatan. Sehingga , apabila gelombang Tsunami mendekati pantai, tingginya akan bertambah, sementara kecepatannya akan turun. Di laut, Gelombang ini, memiliki kecapatan yang tinggi (dengan tinggi yang rendah). Ini yang menyebabkan para pelaut hampir tidak merasakan kehadiran Tsunami. Tsunami, sebagaimana data yang direkam oleh sejarah, telah memakan jiwa sangat banyak dan memporakporandakan daerah pesisir.
Berikut catatan Tsunami besar yang pernah terjadi (beberapa data saya terjemahkan dari dari promotega.org)
Lisboa Tsunami
Terjadi pada tahun 1755, menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa.
Krakatau Tsunami
Terjadi pada tanggal 26 Agustus 1883. Tsunami ini terjadi akibat letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda Indonesia, menelan korban lebih dari 36.000 jiwa.
Grand Banks Tsunami
Terjadi pada tanggal 18 Nopember 1929 pada pukul 17.02 waktu setempat, Tsunami ini terjadi akibat gempa bumi dan sub-marine landslide. Kejadian ini menelan korban 29 orang dan kerugian $ 400 ribu . tsunami ini ianggap sebagai yang paling mematikan di Kanada.
Aleutian Tsunami
Terjadi pada tanggal 1 april 1946 jam 12:29 GMT, disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di pulau Aleutian Alaska (52N, 163.5W dengan kedalaman 25 km). Tsunami ini menelan korban 165 orang dan kerugian lebih dari $26juta.
Kamchatka Peninsula Tsunami
Terjadi pada tanggal 4 Nopember 1952, pukul 16:52 GMT, dipicu oleh gempa di Kamchatka Peninsula(52.8N, 159E, kedalamam 30 Km). kerugian diperkirakan $800,000-$1,000,000.
Aleutian Tsunami
Terjadi pada 9 Maret 1957, pada pukul 14:22 GMT, dipicu oleh gempa di selatan Pulau Andrean (51.5N, 175.7W, kedalaman 33 Km) yang ada di Kepulauan Aleutian Alaska.kerugian ditaksir $5 juta.
Chilean Tsunami
Terjadi pada 22 mei, 1960, pada pukul 19:11 GMT, di sebabkan oleh gempa di Chile tengah bagian selatan ( 39.5S, 74.5W). Kerugian ditakasir lebih dari setengah milliard dolar.
Prince William Sound Tsunami
Terjadi pada 28 Maret, 1964, pada pukul 03:28 GMT, dipicu oleh gempa di Alaska (61.1N, 147.5W, kedalaman 23 km). Tsunami ini menelan korban 122 jiwa dengan total kerugian $106 juta
Hawaiian Tsunami
Terjadi pada 29 Nopember 1975 pukul 14:48 GMT, di picu oleh gempa di Hawaii (29.3N,155W, Kedalaman 8 Km).
Aceh Tsunami
25-26 Desember 2004, tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika.
Pangandaran Tsunami
17 Juli 2006, Tsunami telah memakan korban 500 orang lebih, tapi diperkirakan jumlah korban jiwa masih akan bertambah, karena sampai saat ini proses evakuasi dan pencarian korban masih berlangsung.
Cara menyelamatkan diri dari tsunami
-
Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat
-
Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan
-
Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan no. 2, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai
-
Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan anda bebas dan tidak membawa apa-apa
Tsunami Early Warning System (TEWS), upaya mengurangi korban Tsunami
di Indonesia proyak TEWS dikerjakan oleh BPPT, BMG,dan Bakosurtanal dengan biaya dari Jerman, ipersiapkan untuk memberi peringatan dini akan Tsunami yang segera akan terjadi.
Menurut DR Fahmi Amhar (Peneliti Utama Bakosurtanal), TEWS akan bekerja dengan memantau:
(1) pusat gempa (seismograf dipasang pada stasiun geofisika);
(2) muka laut (dipasang pada stasiun pasang surut); dan
(3) tekanan air di dasar laut (dipasang di dasar laut lepas pantai dan terhubung dengan buoy di permukaan laut).
Seluruh sensor akan memasok data ke suatu superkomputer melalui telekomunikasi satelit.
Ketika gempa terjadi, pertama-tama minimal tiga seismograf akan mengukur pusat gempa. Dalam hitungan detik, bila akan terjadi tsunami, secara mendadak sensor muka laut akan mencatat perubahan tinggi muka laut, dan sensor dasar laut akan merasakan perubahan tekanan air. Seluruh data ini akan diolah di superkomputer, dan dalam beberapa menit saja sudah akan disimpulkan apakah gempa itu akan menimbulkan tsunami. Kalau ya, sampai batas mana tsunami itu akan menimbulkan kerusakan.
Keputusan itu dalam beberapa detik saja akan mengaktifkan sirene di daerah pantai yang terancam tsunami serta mengirim pesan pendek (sms) ke seluruh telepon seluler, terutama yang sedang berada di kawasan rawan.
Semoga bermanfaat,
Lalu Muhamad Jaelani, 24Juli 2006
Post Disclaimer
The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Catatan Tsunami and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.