Siti Hajar dan Nabi Ibrahim baru dikaruniai seorang putera setelah usia mereka tidak muda lagi. Mereka tak henti meminta pada Allah untuk dikaruniai seorang anak. Hingga akhirnya, Allah mengaruniai mereka seorang anak lelaki yang dinamai Ismail.
Suatu hari tak lama setelah kelahiran putranya, Nabi Ibrahim membawa istri dan anaknya ke Makkah. Pada saat itu Makkah begitu kering dan tandus, mereka berhenti di bawah sebuah pohon yang telah mongering. Namun ternyata, di sana Nabi Ibrahim harus meninggalkan Siti Hajar dan Ismail Karena perintah Allah. Siti Hajar menangis ketika Nabi Ibrahim begitu tega akan meninggalkan dia dan anaknya yang masih kecil di tengah gurun yang tandus.
Namun ketika mendengar bahwa itu adalah perintah Allah, tumbuh dalam hatinya ketegaran dan keyakinan bahwa Allah tidak akan menganiaya hambanya. Maka pergilah Nabi Ibrahim dengan diiringi tangis Siti Hajar.
Tak berapa lama kemudian, persediaan air minum mereka habis, juga air susu Siti Hajar telah mengering. Ismail terus menangis karena kehausan. Sementara Siti Hajar terus berkeliling di antara Bukit Safa dan Bukit Marwah. Berkali-kali ia melihat genangan air, tapi ketika menghampirinya, ternyata itu hanya fatamorgana. Tanpa disadari, Siti Hajar telah mengelilingi kedua bukit itu sebanyak tiga kali. Siti Hajar tidak menyerah, meski sudah sangat kelelahan ia terus mencari air untuk minum ia dan Ismail, anak yang telah ditunggunya bersama Ibrahim selama bertahun-tahun.
Sementara itu, Ismail yang digeletakkan di tanah terus menangis sambil kakinya menendang-nendang pasir di bawahnya. Karena karunia Allah, maka dari pasir yang ditendang Ismail tersebut terpancarlah mata air. Siti Hajar berteriak “Alhamdulillah… zam… zam… zam…” yang artinya, berkumpullah. Itulah mata air di Makkah yang sekarang kita kenal dengan nama air zam-zam.
Perjuangan Siti Hajar juga masih terus dikenang hingga kini dengan salah satu rukun ibadah haji, yaitu Sa’i.
Cobaan untuk Siti Hajar tidak berhenti sampai di situ. Setelah Ismail tumbuh semakin besar, Allah kembali memberi cobaan dengan memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Siti Hajar dan Nabi Ibrahim begitu sayang pada putera yang ditunggunya selama bertahun-tahun. Tapi karena itu perintah Allah, mereka memasrahkan diri kepada Allah.
Beberapa kali syetan menggoda Siti Hajar untuk protes kepada suaminya agar tidak menyembelih anak yang begitu dikasihi dan telah ditunggunya sekian lama. Siti Hajar melawan godaan syetan dengan mengumpulkan kerikil dan melemparinya dengan kerikil yang juga dikenang dalam salah satu rukun haji yaitu lempar jumrah.
Siti Hajar adalah sosok istri dan ibu yang tangguh menghadapi segala cobaan dengan keimanan kepada Allah dan kesabaran yang tiada habis-habisnya.
dari kisah diatas dapat kita ambil hikmah bahwa perjuangan seorang ibu yang kuat akan dibantu oleh Allah, maka bersabarlah. maka Allah akan menolongmu
sumber:http://blog.mezora.co.id/kabar-mezora/kisah-inspiratif-seorang-ibu-part-5-perjuangan-dan-kesabaran-siti-hajar
Post Disclaimer
The information contained in this post is for general information purposes only. The information is provided by Kisah Siti Hajar dan Nabi Ismail and while we endeavour to keep the information up to date and correct, we make no representations or warranties of any kind, express or implied, about the completeness, accuracy, reliability, suitability or availability with respect to the website or the information, products, services, or related graphics contained on the post for any purpose.