UPAYA PUSTAKAWAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENGOPTIMAL RUANG MULTIFUNGSI: KAJIAN “MINI TEATER”DI PERPUSTAKAAN ITS

oleh: Eva Mursidah, S.Si  dan Iwan Juniarto, SE

Abstract : This study aims to analyze the efforts made by librarians in optimizing the multi-functional space in the form of a “mini theater” in the multimedia service room of the ITS library (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). This research method is a descriptive method, with data collection through literature study, observation, and interviews with librarians and analysis of related documents. The collected data were analyzed using a qualitative approach to discuss the efforts made by librarians in optimizing the mini theater as a multi-functional space. The results showed that librarians have made several important efforts including. 1. Procuring and installing appropriate and adequate multimedia equipment, 2. Developing audiovisual collections in the form of films to provide variety and added value for users, 3. Organizing routine and non-routine events and activities so that the mini theater room can be maximally utilized, 4. Promotion and Use of Mini Theater to increase user participation and satisfaction.  This effort aims to create an attractive, comfortable, and useful space for ITS library users..

Keywords: ITS Library, librarian, multi-functional space, Mini Theater, multimedia services

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya yang dilakukan oleh Pustakawan dalam mengoptimalkan  ruang multifungsi berupa “mini teater” yang berada di ruang layanan multimedia perpustakaan ITS ( (Institut Teknologi Sepuluh Nopember). Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara dengan pustakawan dan analisis dokumen terkait. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif untuk membahas upaya-upaya yang dilakukan oleh pustakawan dalam mengoptimalkan  mini teater sebagai ruang multifungsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pustakawan telah melakukan beberapa upaya penting diantaranya. 1. Melakukan pengadaan dan pemasangan peralatan multimedia yang tepat dan memadai, 2.  Mengembangkan koleksi audio visual dalam bentuk film untuk memberikan variasi dan nilai tambah bagi pengguna, 3. Penyelenggaraan acara dan kegiatan rutin dan non rutin agar ruang mini teater bisa dimanfaatkan secara maksimal, 4.  Promosi dan Penggunaan Mini Teater untuk meningkatkan partisipasi dan kepuasan pengguna.  Upaya ini bertujuan untuk menciptakan ruang yang menarik, nyaman, dan bermanfaat bagi pengguna perpustakaan ITS.

Kata kunci: Perpustakaan ITS, pustakawan, ruang multi fungsi, Mini Teater, layanan multimedia

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan kebutuhan pengguna yang semakin beragam telah menghadirkan tantangan baru bagi perpustakaan dalam menyediakan layanan yang relevan dan sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak hanya sebagai tempat penyimpanan buku dan referensi, perpustakaan juga harus bertransformasi menjadi pusat informasi yang dinamis, interaktif, dan memberikan pengalaman pengguna yang kaya. Untuk mencapai hal ini, perpustakaan perlu mengadopsi inovasi dan mengkombinasikan teknologi modern dengan ruang fisik yang nyaman dan fungsional. Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan oleh beberapa perpustakaan adalah pengembangan ruang multifungsi.

Ruang multifungsi dapat digambarkan sebagai integrasi sejati dari berbagai fungsi dalam ruang dan waktu (Brandt & Vejre, 2004). Dalam perpustakaan ruang multifungsi ini mengintegrasikan berbagai elemen, seperti teknologi multimedia, perangkat keras, perabotan, dan desain ruang yang fleksibel untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna. Perpustakaan perguruan tinggi dapat menyediakan wadah yang lebih interaktif, untuk berbagai kegiatan seperti presentasi, diskusi, pertunjukan, dan lain sebagainya.

Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) saat ini telah menyediakan  berbagai fasilitas ruangan serta layanan untuk mendukung kebutuhan penelitian dan pembelajaran bagi pengguna . Beberapa di antaranya adalah terdapat ruang belajar dengan konsep terbuka seperti Creative Co Working Space (CCWS) yang dirancang untuk memfasilitasi mahasiswa dalam belajar, diskusi, meeting point serta berkolaborasi berada di lantai 1. Selain itu, tersedia pula di lantai 3 : ruang referensi, ruang majalah, promosi dan informasi, IDIS world bank, ruang belajar dengan konsep café Hotspot,. Dilantai 4 terdapat ruang ikoma corner dan multimedia. Ruang sirkulasi dan PLN corner ada di lantai 5

Gambar1: Ruang Mini Teater Lantai 4 Perpustakaan ITS

Salah satu fasilitas yang terdapat di Perpustakaan ITS adalah mini teater yang berada di ruang multimedia lantai 4. Ruang ini paling diminati pengguna di Perpustakaan ITS karena Pertama, ruang mini teater sebagai alternatif tempat bersantai bagi mahasiswa untuk menonton film pendek atau hiburan kecil lainnya secara berkelompok. ruang mini teater memudahkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas pembelajaran kolaboratif secara kelompok di luar kelas. Ruang mini teater menyediakan fasilitas  untuk keperluan belajar, berdiskusi, dan presentasi. Hal ini membuat mahasiswa bisa dengan mudah mengadakan kegiatan akademik semacam tutorial maupun sharing ilmu di antara teman sejawat

Melihat konsep ruang  mini teater di Perpustakaan ITS yang di dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna sehingga dapat difungsikan untuk berbagai aktivitas memiliki kesamaan dengan ruang multifungsi diantaranya : Memiliki desain ruang yang fleksibel, sehingga dapat diubah fungsinya sesuai kebutuhan. Baik untuk menonton film, belajar kelompok, diskusi kecil, maupun presentasi, didesain untuk mengakomodasi kegiatan interaktif seperti pertukaran gagasan, tanya jawab, hingga diskusi kelas kecil dan dikelola secara profesional oleh perpustakaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan penelitian dan pembelajaran. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengidentifikasi dan menganalisis upaya yang dilakukan pustakawan perguruan tinggi dalam mengoptimalkan ruang multifungsi. Secara khusus, lokasi penelitian yang dikaji adalah mini teater di Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Tinjauan Pustaka

  1. Konsep Ruang Multifungsi dalam Perpustakaan

Konsep ruang multi-fungsi dalam perpustakaan dapat diartikan sebagai penggunaan ruang perpustakaan untuk lebih dari satu fungsi. Berikut beberapa contoh konsep ruang multifungsi dalam perpustakaan:

  1. Library as a social place: Konsep ini mengubah perpustakaan dari tempat yang sunyi dan tenang menjadi tempat beraktivitas sosial baik akademik maupun non-akademik. Dengan konsep ini, perpustakaan diharapkan akan meningkatkan tingkat kenyamanan pengguna perpustakaan (2)
  2. Co-living: Konsep ini mengintegrasikan fungsi hunian dan tempat kerja di dalam satu objek rancang. Konsep ini dapat memberikan pilihan alternatif hunian terjangkau bagi Generasi Milenial di perkotaan. Selain itu, berbagi ruang kerja dan hunian dapat menjadi wadah bagi start-up kreatif untuk mengejar produktivitas dan kolaborasi antar partner (3)
  3. Pusat belajar: Perpustakaan dapat dijadikan sebagai pusat belajar yang meningkatkan literasi siswa. Salah satu contohnya adalah dengan mengoptimalkan manajemen perpustakaan sekolah, seperti penyediaan buku-buku terbaru, perawatan buku-buku, penataan buku sesuai kategori, adanya katalog buku, dan peraturan meminjam serta membaca di perpustakaan ( 4 )

B. Pengelolaan Ruang Multifungsi di Perpustakaan

Ruang multifungsi adalah ruang yang dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna melalui berbagai aktivitas dengan karakteristik fleksibel sehingga dapat diubah fungsinya sesuai keperluan. Ruangan ini dirancang secara universal untuk memberi manfaat bagi pengguna. Untuk mengelola ruang multifungsi di perpustakaan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

  1. Identifikasi kebutuhan pengguna: Sebelum merancang ruang multifungsi, penting untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna ruang. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan survei atau wawancara dengan pengguna ruang untuk mengetahui kebutuhan mereka.
  2. Memilih furniture yang fleksibel: Memilih furniture yang fleksibel dapat membantu mengoptimalkan ruang multifungsi. Furniture yang dapat diubah-ubah fungsinya dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan aktivitas.
  3. Menggunakan partisi: Menggunakan partisi dapat membantu membagi ruang multifungsi menjadi beberapa area yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Partisi dapat digunakan untuk memisahkan area baca dengan area pertemuan atau area koleksi dengan area pameran.
  4. Memilih warna yang tepat: Memilih warna yang tepat dapat membantu menciptakan suasana yang sesuai dengan keperluan pengguna ruang. Warna yang cerah dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan energik, sedangkan warna yang lembut dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang tenang dan nyaman.
  5. Menggunakan teknologi: Menggunakan teknologi dapat membantu mengoptimalkan ruang multifungsi. Teknologi seperti proyektor, sound system, dan Wi-Fi dapat digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan dan aktivitas di ruang multifungsi.

C. Implementasi Ruang Multi-Fungsi dalam Perpustakaan

  1. Ruang seminar dan konferensi: Perpustakaan dapat memiliki ruang yang dilengkapi dengan perlengkapan audiovisual dan fasilitas pendukung lainnya untuk mengadakan seminar, lokakarya, atau konferensi di berbagai bidang.
  2. Aula pertunjukan: Ruang multifungsi dapat digunakan sebagai tempat pertunjukan teater, musik, atau tarian, yang memberikan kesempatan bagi seniman lokal untuk tampil dan mendukung kegiatan seni dalam komunitas.
  3. Galeri seni sementara: Perpustakaan bisa menyediakan ruang untuk pameran seni sementara, memberikan kesempatan bagi seniman lokal dan regional untuk memamerkan karya mereka.
  4. Ruang rapat dan diskusi: Ruang ini dapat digunakan untuk pertemuan kelompok, diskusi buku, atau sesi kelas tambahan dalam lingkup pendidikan formal atau non-formal.
  5. Studio kreatif: Perpustakaan dapat menghadirkan ruang yang dilengkapi dengan peralatan dan alat kreatif seperti peralatan rekaman, alat seni dan kerajinan, atau perangkat lunak desain, yang memungkinkan individu untuk mengembangkan keterampilan kreatif mereka.

D. Implementasi Ruang Mini Teater di Perpustakaan

Mini teater di perpustakaan merupakan fasilitas yang disediakan untuk berbagai kegiatan seperti kuliah, pertemuan, pelatihan, diskusi, dan pameran. Ruang mini teater ini semakin populer dan telah ditemukan di berbagai perpustakaan di seluruh dunia. Contoh-contoh mini teater di perpustakaan antara lain:

Tabel 1: Representasi Mini Teater di Perpustakaan

Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antara pengelolaan ruang multifungsi melalui “mini teater” di ruang layanan multimedia perpustakaan dan upaya yang dilakukan pustakawan dalam mengelolanya. Dengan metode ini, peneliti akan mengumpulkan data secara mendalam dan rinci melalui wawancara terstruktur dengan pustakawan yang bertanggung jawab dalam pelayanan multimedia. Hasil wawancara akan dianalisis secara kualitatif untuk menggambarkan upaya-upaya yang dilakukan pustakawan dalam mengelola ruang mini teater beserta tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, metode ini diharapkan mampu menggambarkan secara objektif kondisi aktual dalam pengelolaan ruang multi-fungsi perpustakaan tersebut berdasarkan sudut pandang para pustakawannya

Analisa dan Pembahasan

  1. Upaya Pustakawan Menciptakan Ruang Multifungsi “Mini Teater”

Berikut merupakan deskripsi mengenai upaya yang dilakukan pustakawan layanan multimedia  dalam menciptakan mini teater sebagai ruang multifungsi :

  1. Melakukan pengadaan dan pemasangan peralatan multimedia yang tepat dan memadai . 

Pemilihan peralatan multimedia yang tepat dan memadai perlu dilakukan, seperti: a. Proyektor untuk menampilkan presentasi atau tayangan film, b. Sound system lengkap yang terdiri dari speaker, mixer, mikropon, kabel, dll untuk menunjang kegiatan yang bersifat audio seperti pentas seni, c. Screen atau layar proyeksi yang ukurannya sesuai dengan ruang mini teater agar gambar yang ditampilkan cukup besar dan jelas dilihat penonton, d. Kabel sambungan dan pengeras suara untuk menyambungkan semua peralatan agar dapat berinteraksi dan bekerja dengan semestinya, e. Alat penunjang lainnya seperti laptop, hard disk eksternal, untuk menyajikan berbagai konten multimedia sesuai kebutuhan acara.

  • 2.            Mengembangkan koleksi audio visual dalam bentuk film untuk memberikan variasi dan nilai tambah bagi pengguna.

Berdasarkan wawancara dengan pustakawan layanan multimedia Bapak Iwan Juniarto bahwa perpustakaan ITS tidak melanggan koleksi audio visual dalam bentuk film karena  beberapa pertimbangan diantaranya  tidak ada sensoriatas koleksi film yang akan  mengundang kontroversi bagi perpustakaan. Saat ini banyak film yang memuat unsur kekerasan, nuditas, bahasa kasar, atau tema-tema sensitif bertentangan dengan norma kesantunan yang berlaku. Sumber koleksi audio visual dalam bentuk film perpustakaan ITS diperoleh dari hasil mengunduh file  yang dilakukan oleh pustakawan atau mendapatkan film dari pengguna perpustakaan. Pustakawan mengumpulkan koleksi film dari berbagai genre seperti drama, komedi, action, dokumenter dan lainnya agar memberi pilihan yang lebih luas kepada pengguna serta menyortir koleksi film tersebut secara teratur agar mudah ditemukan kembali.

3.

Penyelenggaraan acara dan kegiatan rutin dan non rutin agar ruang mini teater bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Salah satu upaya penting pustakawan dalam menciptakan ruang multifungsi mini teater adalah menyelenggarakan berbagai kegiatan dan acara. Beberapa langkah yang dilakukan oleh layanan multimedia adalah: 1. Menyusun rancangan program kegiatan secara teratur dan berkesinambungan, 2. Membuat dan menyebarkan informasi acara secara luas ke civitas akademika ITS, 3. Mengelola dan mendokumentasikan kegiatan serta menyimpan bukti pelaksanaan untuk perbaikan berikutnya. Dalam penyelenggaraan kegiatan terbagi menjadi 2 (dua) yakni kegiatan rutin dan non rutin. Kegiatan rutin merupakan kegiatan pemutaran film yang dilakukan setiap hari selasa dan kamis jam 10.00 sd 12.00 dan 13.00 sd 15.00. Sedangkan untuk kegiatan non rutin (khusus ) adalah kegiatan di luar jadwal pemutaran film yang sifatnya merupakan request atau kunjungan ke layanan multimedia seperti diskusi dan presentasi perkuliahan, pengambilan gambar, kunjungan library. Beberapa kegiatan non rutin ( khusus ) di mini tater dapat  dilihat pada tabel :

4. Promosi dan Penggunaan Mini Teater untuk meningkatkan partisipasi dan kepuasan pengguna.

    Pustakawan aktif mempromosikan dengan membuat desain informasi Mini Teater yang menarik perhatian pengguna melalui papan pengumuman, situs web, media sosial, dan brosur . Memperkenalkan mini teater sebagai salah satu fasilitas dan layanan perpustakaan ITS pada saat kegiatan open house, IPITS, OK2BK, sebelum pemutaran film dll. Berkoordinasi dengan tenaga pengajar dan mahasiswa untuk mempromosikan keberadaan mini teater sebagai salah satu ruang akademik. Dengan promosi yang tepat sasaran dan penggunaan mini teater yang maksimal, diharapkan dapat meningkatkan minat civa ITS terhadap perpustakaan secara keseluruhan

    Gambar2 : Promosi Penggunaan Mini Teater

    B. Kendala Teknis dalam Pengelolaan Ruang Mini Teater

    Beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan layanan mini teater di perpustakaan antara lain:

    1. Keterbatasan ruang : Ruang yang tersedia di mini teater perpustakaan ITS terbatas yakni sebanyak 35 orang sehingga tidak dapat menampung banyak pengunjung secara bersamaan. Hal ini tentunya dapat menghambat penggunaan mini teater secara optimal.
    2. Masalah kebisingan :Kegiatan pemutaran film di mini teater dapat menimbulkan kebisingan yang mengganggu pengunjung lain di ruangan multimedia  yang membutuhkan ketenangan. Perlu adanya sistem untuk mengendalikan tingkat kebisingan.
    3. Kurangnya fasilitas pendukung :Mini teater dilengkapi fasilitas penunjang yang kurang maksimal seperti PC, proyektor & layar , sound system sehingga kegiatan juga belum maksimal
    4. Kesulitan pengelolaan jadwal :Banyaknya permintaan untuk menggunakan mini teater dari berbagai kelas atau program studi dapat menimbulkan kesulitan dalam penjadwalan dan pengelolaan waktu.

    Demikian beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan layanan mini teater di perpustakaan. Perlu adanya upaya perbaikan berkelanjutan untuk mengatasinya

    C. Manfaat Ruang Mini Teater Perpustakaan ITS

    Beberapa manfaat penerapan ruang “Mini Teater” di Perpustakaan ITS antara lain:

    1. Mendukung proses pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif. Mini teater memungkinkan mahasiswa untuk belajar secara kelompok dalam ruangan yang terfasilitasi dengan baik.
    2. Menstimulasi kreativitas dan inovasi mahasiswa. Kegiatan diskusi dan presentasi di mini teater dapat meningkatkan kualitas ide dan pemikiran mahasiswa.
    3. Meningkatkan keterampilan soft skill mahasiswa seperti komunikasi, kerja sama tim, hingga kepemimpinan.
    4. Memudahkan dosen dan mahasiswa menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi di luar kelas.

    Menjadikan perpustakaan lebih bernilai tambah bagi penggunanya sebagai pusat resource dan kegiatan belajar

    Kesimpulan

    Dalam penelitian ini, telah dilakukan analisis terhadap upaya pustakawan dalam mengelola ruang multifungsi, terutama “mini teater,” di ruang layanan multimedia perpustakaan ITS. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep dan manfaat ruang multifungsi di perpustakaan, serta peran pustakawan dalam pengelolaannya. Ruang multifungsi seperti “mini teater” di perpustakaan ITS merupakan inovasi yang menarik perhatian dan telah memberikan manfaat yang signifikan. Pustakawan memiliki peran penting dalam pengelolaan ruang ini, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, hingga koordinasi dengan pengguna. Upaya pustakawan untuk mengelola “mini teater” sebagai ruang multifungsi termasuk pengaturan jadwal pemakaian, penyediaan peralatan multimedia, serta penyelenggaraan acara yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Brandt, J. & Vejre, H, ” Multifunctional Landscapes: Motives, Concepts And Perceptions,” Multifunctional Landscapes Volume 1: Theory, Values And History. Pp. 3–33, 2004.
    2. Nisa Putri Rachmadani1 , G. Prasetyo Adhitama 2 Dan Agus Sachar, ” Sense Of Place Pada Ruang Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia,” Journal Of Architecture – University Of Muhammadiyah Aceh Vol: 12 | No: 1 (2022)
    3. Hikma Fitriani, Sarah Cahyadini, ” Konsep Co-Living dalam Integrasi Spasial Hunian Vertikal dan Ruang Kerja,” Jurnal Sains dan Seni ITS , Vol 10, No 2 (2022).
    4. Risma Firda Diana1🖂, Ziyadatul Khoiriyah2 , Muhammad Tazdad Zuhdan3, ” Optimalisasi Fungsi Perpustakaan Sebagai Pusat Belajar Yang Meningkatkan Literasi Siswa Mi Idzharul Ulum Lamongan,” Khidmatuna: Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 01, Nomor 01, Desember, 2022.
    5. “Fuller Multimedia Center,” Clark University, [Online]. Available: https://www.clarku.edu/departments/visual-and-performing-arts/facilities/fuller-multimedia-center/ . [Accessed 26 Oktober 2023].
    6. “Mini Theatre (Le ciel de l’esprit),” Cityu, [Online]. Available: https://www.cityu.edu.hk/lib/about/facility/mt// . [Accessed 26 Oktober 2023].
    7. “Mini Theater,” The Education Of Ubiversity Of Hongkong [Online]. Available: https://www.lib.eduhk.hk/rooms-spaces/mini-theatre  . [Accessed 26 Oktober 2023].

    “Mini Theater,” The Education Of Ubiversity Of Hongkong [Online]. Available: https://www.lib.eduhk.hk/rooms-spaces/mini-theatre  . [Accessed 26 Oktober 2023

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *